Gerakan Keagamaan dalam Agama Hindu yang dipengaruhi oleh Agama Kristen
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas pada Matakuliah Agama Hindu
Oleh :
M.ALI MANSUR
1111032100024
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
Pendahuluan
India
adalah negeri yang serba ganda : ganda dalam suku bangsa, ganda dalam
budaya, dan ganda dalam soal kepercayaan dan agama. Karena dalam
keserbagandaan ini maka mempelajari agama Hindu terasa mengalami
kesulitan.Subjeknya sangat luas dan mencakup suatu kesejarahan yang
sangat luas dan mencakup suatu kesejarahan yang sangat panjang,apalagi
agama tersebut memiliki ajaran yang tak terbatas. Akan tetapi dengan
usaha penelusuran, dan mencoba memandangnya secara hati-hati, dalam
kesempatan ini akan diusahakan melihatnya dalam suatu bentuk yang dirasa
utuh. Kalau ada benarnya ungkapan yang mengatakan bahwa mempelajari
Agama Hindu itu ibarat seorang buta yang mencoba menggambarkan
gajah,maka usaha ini kiranya dapat digambarkan seperti seorang yang
tidak buta dan memiliki keahlian tentang ular sehingga ketika mencoba
membahas belalai gajah ia akan merasa lebih menghayatinya daripada
ketika membahas bagian-bagian lainnya.
Mendefinisikan agama Hindu pun
juga sulit. Barangkali apa yang dikatakan oleh Thomas R. Trautman ada
benarnya sekalipun juga dirasa ada kekurangannya. Dikemukannya bahwa
Repubelik India sendiri membatasi pengertian seorang penganut Hindu
dengan “ India” yang menurut dia mestinya harus ditambah dengan orang
Pakistan, Nepal, Ceylon, yang bukan penganut agama Islam, Kristen,
Persia, dan Yahudi. Adalah yang membatasi agama Hindu adalah agama yang
para penganutnya menyembah dan memuja dewa-dewa Wisnu, Siwa,
Sakti,avatara-avatara (penjelmaan)-nya,anak-anaknya dan sebagainya.
Agama
Hindu timbul dari dua arus utama yang membentuknya, yaitu agama
(bangsa) Dravida dan agama (bangsa) Arya. dalam perkembangannya di India
lalu ada usaha-usaha yang mempesonakan untuk memasukkan berbagai macam
kepercayaan yang ada, filsafatnya, dan praktek-praktek keagamaannya
dalam suatu sistem yang sekarang ini disebut dengan agama Hindu. Memang
diakui bahwa perwujudan semngat Hindu yang menyolok adalah semangat
sintesis dan kompromis. Agama tersebut menyerap ide-ide, penalaran dan
amalan kedewaan Siwa, dewi ibu, pemujaan patung, pertapaan, ajaran
penjelmaan kembali dan sebagainya. Siwa dianggap sebagai dewa angin
badai yang ada dalam kitab Weda, dan disini Siwa disebut sebagai Rudra.
Dalam perkembangannya ia adalah salah satu dewa terpenting. dari agama
Weda agama Brahmana agama Hindu menyerap system korban dan dewa-dewa
alam. Dari agama Brahmana agama Hindu menyerap kepercayaan akan kekalnya
kitab-kitab Weda, sistem kasta, upacara-upacara yang rumit dan perayaan
keagamaan. dari agama Upanishad agama Hindu menyerap konsep tentang
Realitas Tertinggi, juga tentang pengertian kesatuan dengan Tuhan. Agama
Upanishad adalah penentang agama Brahmana. dari ajaran-ajaran Sri
Krisna agama Hindu menyerap ajaran tentang avatara Wisnu, dan dari kitab
Bhagavadgita agama Hindu menyerap ajaran monoteisme dan ajaran etika.
Terlepas dari dua arus utama tadi, di India masih ada kepercayaan suku
asli yang juga tetap ada perwujudannya dalam agama Hindu. Suku-suku asli
India ini menyembah arwah nenek moyang, hantu, sungai, gunung, pohon,
dan binatang. Objek-objek ini juga diserap oleh agama Hindu. Di antara
dewa yang berasal dari kepercayaan suku asli ialah dewi Kali yang
mengerikan. Dalam mitologi Hindu, Kali ini adalah istri Siwa dan Dewa
Ganesha.
Unsur penting yang merupakan ajaran yang dominan dalam agama
Hindu adalah unsur teologi, filsafat, lembaga sosial dan etika atau
moral.Agama Hindu mempercayai Realitas Tertinggi hanya satu, akan tetapi
tidak membatasi “yang satu” sebagai realitas yang dimaksud sebagai
Tuhan yang personal. Selain itu agama Hindu juga percaya dan menyembah
dewa-dewa alam yang jumlahnya sangat banyak yang dianggap pengatur alam,
dan penting kedudukannya dalam upacara korban. Dewa-dewa ini
diharapakan memberikan kesenangan, kebahagiaan dan ketenangan, dan
sebagai imbangannya, bila para dewa merasa senang, para dewa akan
mengabulkan keninginan mereka.
Sehubungan dengan itu ada komentar
tentang ketuhanan dalam agama Hindu : apakah agama Hindu termasuk
politeisme, monoteisme, honoteisme, ataukah yang lain, yaitu
katenoteisme. Para ahli filsafat sampai pada pemaduan dengan kepercayaan
terhadap satu prinsip tertinggi yang kadang sebagai yang netral dan
kadang sebagai yang mutlak yang impersonal.
1. Gerakan Brahma Samay
Gerakan
Brahma Samay (berarti masyarakat Brahman) tampil sebagai gerakan yang
sangat teistik. Gerakan ini menolak politeisme, pemujaan patung-patung,
korban
Binatang, menganjurkan dihapuskannya praktek sati (pembakaran
janda), perkawinan anak-anak dan menolak praktek poligami. Gerakan ini
didirikan di Bengala. Tokoh-tokonnya yang sangat terkenal adalah Ram
Mohan Roy (1774-1833), Devendranath Tagore (1817-1905), dan Keshab
Chandra Sen (1838-1884).
Ram Mohan Roy adalah seorang cendekiawan
ahli Arab dan Persi. Karya pertamanya berjudul Tuhfat al-muwahhidin yang
ditulisnya dalam bahasa Arab. Selain belajar bahasa Arab dan Persia, ia
juga mempelajari Bahasa Sanskerta terutama untuk mempelajari agama
Hindu. Bahasa Inggris dipelajarinya karena kaitannya dengan East India
Company. Bahasa Ibrani dan Bahasa Yunani dipelajarinya dari misi
Serampone di dekat Kalkuta.
Ram Mohan Roy sering disebut sebagai
bapak modernisasi India. Ia mendirikan Brahma Samay sekitar 1828, dan
mengajarkan semacam deisme rasionalis. Agak terpengaruh oleh Kristen,
setiap malam Minggu ia mengadakan Kebaktian. Tetapi ia menentang ajaran
Trinitas. Ia melindungi agama Hindu menghadapi polemik para penulis
Kristen yang tidak jujur. Ram Mohan Roy juga pernah menerjemahkan Bibel
ke dalam bahasa Bengali dan bahasa Sanskerta. Jasanya dianggap sangat
besar dalam menghapuskan sati dan mengenalkan pendidikan Inggris. Tahun
1816, ia menerbitkan Vedanta Sara yang berusaha menemukan suatu
monoteisme dalam pandangan Vedanta. Dengan usaha keras dicarinya
ayat-ayat dalam Upanishad yang mendukung ajaran monoteisme ini. Dengan
tegas ia mengemukakan bahwa tempat untuk memuja para dewa tidak terbatas
pada kasta para pemujanya saja. Ia melarang penggunaan patung dan
gambar-gambar yang dipasang ditempat ibadat. Hanya Khutbah-khutbah,
Kidung-kidung dan do’a-do’a saja yang dibenarkan. Selain itu ia juga
mengecam sikap meremehkan peribadatan berbagai macam agama.
a. Ajaran Brahma Samay
Diantara
ajaran Brahma Samay yaitu Weda adalah Satu-satunya dasar iman.
Pengenalan akan Tuhan bersumber kepada alam dan intuisi. Tuhan adalah
Zat yang berpribadi, Ia tak pernah menitis, Ia mendengarkan dan
mengabulkan do’a manusia. Penyembahan kepada Tuhan harus dilakukan
secara rohani jalan mendapatkan keselamatan ialah pertaubatan dan
menghentikan perbuatan dosa.
Dalam gerakan Brahma Samay ini Weda
dianggap sebagai sumber penting dalam kehidupan manusia. Karena itu ia
juga mengirimkan empat orang yang dipandang mampu untuk hal ini ke
Benares untuk mempelajari dan menyalin kitab-kitab Weda dan harus
melaporkan hasil-hasilnya. Di antara hasil-hasilnya ialah bahwa gerakan
Samay ini menganggap Weda sebagai kebenaran yang sangat dijunjung
tinggi.
Keshap Chandra Sen aktif dalam gerakan Samay sejak tahun
1857. Ia berpendapat bahwa yang terpenting dari ajaran tentang “Brahma”
adalah konsepsi tentang “Kebapaan Tuhan” dan “Keputraan Manusia” yang
kemudian dikembangkannya sebagai “Persaudaraan Manusia”. Pemikirannya
sering dinilai kurang teologis. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya
Keshab mengajarkan konsep keagamaan yang kurang bersifat Hindu lagi,
tetapi sebaliknya lebih mengembangkan konsep keagamaan yang agak
kekristenan. Pada masanyalah muncul suatu gerakan yang disebut Adi
Brahma Samay. Juga pada masanya Gerakan Brahman Samay mencapai puncak
tetapi sekaligus menurun. Pada 1879, ia mengajarkan semacam “takdir
baru” yang dianggapnya melebihi apa yang pernah ada pada agama Yahudi
dan Kristen. Akhirnya hal ini membawa kepada suatu perpecahan yang tidak
dapat dihindari lagi.
2. Gerakan Ramakrisna Mision
Svami
Vivekananda (1843-1902), murid Ramakrisna, pernah menghadiri Parlemen
Agama di Chicago. Ia mendirikan misi dengan nama gurunya yang sekarang
ini memiliki jaringan yang sangat luas. Kalau pada waktu itu umumnya
gerakan keagamaan di India menekankan pada bidang pendidikan dan social,
maka Vivekananda dengan misi Ramakrisnanya merupakan pendukung dan
pembela dari ajaran Advaita Vedanta yang dikemukakan oleh Sankara. Oleh
karena itu para penganut gerakan ini juga para penganut paham tersebut
dan memiliki pandangan yang luas dan moderen. Gerakan ini mengajarkan
paham monisme absolut dan memandang dunia sebagai ilusi atau maya.
Gerakan ini mengakui bahwa Brahma adalah nyata, dan merupakan Wujud
Mutlak atau Tuhan yang impersonal. Pendirinya adalah Ramakrisna
Prahamsa. dan penyebarnya adalah muridnya yang dinamis, Svami
Vivekananda.
Ramakrisna Prahamsa (1834-1886) tidak berusaha keras
dalam masalah penyingkiran patung-patung seperti lazimnya gerakan
pemurnian keagamaan lainnya. Ia banyak bergaul dengan orang-orang yang
berlainan agama, akan tetapi menganut kepercayaan terhadap “realitas
yang tunggal”. Sekalipun ia adalah seorang yang otodidak, tidak menempuh
pendidikan yang resmi, namun dia berusah mengikuti berbagai macam
kepercayaan dan mengutamakan pada “penghayatan” dan pengalaman hidup
sendiri. Ia, yang juga dikenal dengan nama Gadadhar Chatterji, tidak
dapat membaca dan menulis, bukan sarjana, tetapi memiliki keahlian
tertentu terutama dalam bidang filsafat dan agama Hindu. Ia cukup bicara
dan mengemukakan pendapat-pendapatnya yang kemudian dicatat dan
diterbitkan oleh para pengikutnya. Akan tetapi, sekalipun ia adalah
tokoh dalam gerakan ini, namun ia bukan pemberi bentuk gerakan tersebut
karena pemberi bentuk dan perumus idenya adalah murid dan penggantinya,
yaitu Svami Vivekananda.
a. Ajaran Ramakrisna Mision
Memahami
pikiran Ramakrisna merupakan suatu usaha yang cukup sulit karena dapat
keliru dalam menanggapi arah yang sebenarnya. Pemikirannya lebih
bersifat intuitif daripada intelektual, sehingga kalau hanya menekankan
pada segi intelektualnya saja, maka ibarat orang pergi ke kebun
buah-buahan bukan untuk memakan buahnya tetapi hanya untuk berspekulasi
menghitung-hitung cabang masing-masing pohon dan daun pada setiap cabang
tersebut. Ia lahir dari suatu keluarga Brahmana di daerah Bengala,
kemudian pergi ke Kalkutta dan hidup sebagai pendeta. Pada tahun 1855 ia
ditunjuk untuk membawahi biara disebelah utara kotanya, kemudian
menjadi seorang pemuja Kali. Agaknya ia juga seorang penganut ajaran
Tantra dan mempraktekkan ajarn Bhakti yang mendekati Tuhan sebagai
“orang tua”, “pengusaha”, “teman”, “anak”, juga sebagai “kekasih
tercinta”. Dia mengabdi kepada Rama dengan mengambil sikap sebagai
Hanuman. Ia juga mengutamakan advaita dan dalam waktu singkat mampu
mencapai nirvikalpa-samadhi, suatu penghayatan advaita yang tinggi.
Ajaran lain yang sangat mempengaruhi dirinya antara lain adalah ajaran
Islam walaupun ia mempraktekkan ajaran ini tidak secara
menyeluruh.Penghayatannya dan pengalaman-pengalaman keagamaannya
memperteguh keyakinannya bahwa pada hakikatnya agama itu adalah satu dan
tidak memiliki perbedaan yang hakiki. Baginya, agama dan kepercayaan
yang bermacam-macam itu adalah ibarat sungai-sungai yang akhirnya
mengalir ke samudera yang sama. Ramakrisna mengunakan kiasan-kiasan dan
perumpamaan-perumpamaan dalam mengemukakan pendapat-pendapatnya dan
tidak mempergunakan terminologi filosofis yang bersifat teknis. Dia
tidak melihat perbedaan antara Brahman yang personal dan yang
impersonal. Kalupun toh ada, menurut dia hanyalah seperti perbedaan
antara permata dengan kilau sinarnya saja. Semua agam bertujuan sama,
dan hanya jalannya saja yang berbeda-beda ; dan ibaratkan kue manis,
maka rasa manis tersebut akan terasa di seluruh bagian kue tersebut,
maka rasa manis tersebut akan terasa di bagian kue tersebut, baik di
tengah-tengahnya, dipinggirnya, maupun di atas dan di bagian bawahnya.
Pemikirannya ini dikembangkan oleh murid-muridnya.
Svami Vivekananda,
atau disebut pula Narendranath Datta, kemudian memproklamirkan ajaran
Ramakrisna ini ke seluruh dunia. Ia juga menyusun suatu gerakan yang
terutama ditujukan dalam segi sosial sehingga mampu mengisi dan berbuat
banyak. Misi Ramakrisna kemudian banyak berfungsi dan berperan dalam
masyarakat. Vivekananda banyak menyerap pendidikan Barat, terutama
pandngan-pandangan dari John Stuart Mill, David Hume dan Herbert
Spencer, sehingga ia sering merasakan krisis yang akut dalam setiap
diskusi dengan Ramakrisna terutama dalam setiap persoalan skeptisisme.
Pengaruh besar Ramakrisna dan krisisnya sendiri, ditambah dengan
kemiskinan, kemelaratan serta kematian ayahnya, membawanya untuk harus
menyelesaikan sendiri persoalan tersebut.
Setelah gurunya meninggal
dunia, Vivekananda mengumpulkan murid-muridnya dalam suatu persaudaraan
di Benares. Dengan menempuh hidup sebagai seorang sanyasin, ia
mengembara ke segenap pelosok India. Dalam kesempatan menghadiri
Parlemen Agama-agama Dunia di Chicago ia sempat menggugah pers Amerika
dan India. Sekembalinya ke India, pada tahun 1897, ia diterima dengan
baik di Ceylon dan kemudian menelusuri pantai timur India. Tahun itu
pula ia mengorganisir “Ramakrisna Mision”. Gerakan ini banyak memberikan
arti dalam kehidupan orang-orang India. Pusatnya terdapat di Belur,
sebelah utara Kalkutta, dan mempunyai beberapa cabang di kota-kota
lainnya. Publikasi gerakan ini adalah tentang agama dan kebudayaan
India.Svami Vivekananda adalah seorang tokoh terbesar yang sangat
berpengaruh dalam “mendinamiskan agama Hindu”. Ia menafsirkan ajaran
advaita dengan tafsiran yang membawa kebangkitan agama Hindu dengan
menekankan pada nasionalisme dan usaha-usaha kemasyarakatan.
Dia
mengatakan bahwa India memerlukan otot dari baja, yang hanya dapat
tercapai kalau cita-cita advaita, cita kesatuan, dapat dimengerti dan
terwujud. Mengenai Brahman, Vivekananda memberikan pengertian yang
kemudian merupakan suatu permulaan bagi suatu agama baru.
Interpretasinya sangat berpengaruh di kalangan bangsa India. Tafsiran
advaitanya itu selanjutnya mengatakan bahwa Tuhan dan tanah air India
adalah satu; membebaskan tanah air adalah juga membebaskan Tuhan.
Konsep maya, menurut dia, bukannya memberikan pengertian ilusi semata,
tetapi melalui maya justru dapat dimengerti “realitas” yang sesungguhnya
sehingga menjadi jelas bahwa advaita bukan bersifat pasif tetapi
sebaliknya, bersifat aktif. Brahma itu sendiri adalah nyata. Dengan
demikian dapat dinilai bahwa gerakan ini sebenarnya bukan merupakan
gerakan keagamaan saja, tetapi juga merupakan gerakan kebangsaan India.
Kata
semboyan bagi semua makhluk,terutama dalam kasus peradaban manusia,
bukanlah aku melainkan engkau.menurutnya, apakah ajaran ini dapat
dipraktikkan kedalam masyarakat modern? Kebenaran tidak member hormat
kepada masyarakat manapun, apakah modern atau masyarakat tua.tapi
masyarakatlah yang harus menyatakan hormat kepada kebenaran,tapi
kebenaran tidak perlu menyesuaikan diri pada masyarakat.
3. Penutup
Dalam
perkembangan selanjutnya, selain pusat-pusat keagamaan di kraton, juga
terdapat pusat-pusat keagamaan Hindu yang disebut Paguron atau mandala
atau kasturi. Ditempat-tempat ini para pendeta memberikan pelajaran.
Kitab-kitab yang ada pada waktu itu adalah kitab Tantu Panggelaran, juga
kitab Nawaruci yang juga disebut dengan kitab Tattwajnana. Kitab
terakhir ini penting karean mistik yang terdapat di dalamnya sampai
sekarang masih berlaku di kalangan tertentu. Dasar fikiran dan mistik
itu sendiri juga terdapat dalam kitab-kitab Suluk yang sudah mendapat
pengaruh dari Islam.
Agama Hindu mempersonifikasikan
kekuatan-kekuatan Sang Hyang Widi dalam bentuk beberapa dewa yang banyak
jumlahnya, akan tetapi mempunyai fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan
kepentingan makhluk hidup ini. Sebagai Bhatara Brahma, ia memberikan
pegangan dan tuntunan bagaimana manusia harus bertindak. Dalam hal ini
Brahma bertindak sebagai Sang Hyang Saraswati yang memberikan ilham
kepada para maharesi (salah literature menyebut seperti Nabidalam
Islam). Ia adalah sumber ilham, sumber gerak dan sumber ciptaan manusia.
Gerakan-gerakan
yang ada didalam Agama Hindu diantaranya adalah Brahma Samay dan
Ramakrisna Mision merupakan suatu gerakan pembaharu didalam umat Hindu,
yang mana kedua gerakan tersebut tetap bersumber dari weda, meskipun di
tiap-tiap gerakan memiliki pemikiran atau pusat perhatiannya
masing-masing.
Daftar Pustaka :
• Ali.Mukti, Agama-agama Dunia, Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga Press, 1998
• Ardhana.Suparta, Sejarah Perkembangan Agama Hindu, PT. Paramita, 2002
• Hadiwijono.Harun, Agama Hindu dan Budha, PT. BPK Gunung Mulia, 2003
• Pendit S. Nyoman, Percik Pemikiran Svami Vivekananda, PT. Penebar Swadaya, 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar