Selasa, 18 Desember 2012

Sekte-Sekte dalam Agama Hindu

Sekte-sekte dalam Agama Hindu

a.       Sekte Bhakti
Sekitar tahun 500 SM, muncul beberapa kecenderungan “pemujaan”, pelayanan atau kebaktian yang mencakup pengertian percaya, taat dan berserah diri kepada dewa. Pemujaan dan kebaktian kepada dewa itu dinyatakan dalam puja yang perwujudannya kadang-kadang dinyatakan dengan mempersembahkan berbagai macam buah-buahan dan bunga-bungaan kepada para dewa disertai dengan penyelenggaraan upacara mengitari kuil-kuil tertentu. Puja dan bhakti tersebut dilakukan dengan hidmat dan sikap badan tertentu, seperti sikap merebahkan dan meniarapkan diri di dekat patung yang terdapat dalam kuil atau tempat-tempat yang dianggap suci lainnya sambil mengucapkan beberapa doa.[1]
Urain tentang bhakti terdapat dalam kitab Narada Bhakti Sutra dan Shadilya Sutra. Kitab ini banyak membicarakan wawasan keagamaan pada sekte bhakti yang terdapat di India. Menurut sutra-sutra tadi, bhakti bukannya merupakan suatu “pengetahuan” dan juga bukan merupakan “perbuatan ritus”, juga bukan merupakan “sistem keagamaan”, tetapi merupakan kasih sayang, ketaatan, kepatuhan dan penyerahan diri kepada sesuatu. Bhakti adalah “pasrah” setulus-tulusnya (prapatti) bukan kepada suatu objek yang bersifat duniawi tetapi hanya kepada “dewa” semata dengan segenap avatara atau ingkarnasinya. Karena itu barang kali ada benarnya kalau dari pengertian di atas dikatakan bahwa bhakti lebih tinggi daripada meditasi falsafi.[2]
Wujud bhakti memiliki jenjang istilah maupun sikap sebagai tatakrama mewujudkan rasa bhakti yang beretika. Istilah bhakti itu diantaranya:[3]
Menghormati adalah pencetus bhakti terhadap semua makhluk, terhadap semua ciptaan Tuhan baik yang nyata maupun tidak nyata. Kita patut saling hornat menghormati sesama makhluk hidup, sesama ciptaan Tuhan yang mana masing-masing ciptaan-Nya itu telah memiliki hukumnya masing-masingyang seharusnya berjalan selaras dengan perputaran roda hukumnya masing-masing.
Memuja adalah wujud bhakti dalam bentuk lamtunan puji-pujian yang ditujukan kepada kebesaran Tuhan baik dalam bentuk manifestasi-Nya atau sifat-sifat ketuhananyang memberi berkah-Nya pada kebutuhan hidup ini. Puji-pujian yang dikidungkan dalam pemujaan adalah untuk ymenyenangkan yang dipuja, mewujudkan rasa senang dan rasa tenang dalam kebahagiaan.
Berdoa adalah wujud bhakti yang dilakukan dalam menyampaikan permohonan kehadapan-Nya. Atas ketidak mampuan dan keterbatasan kita wajib berdoa agar diberkati dan diampunu segala dosa serta kekurangan- kekurangan kita.berdoa adalah sebagai wujud rendah hati, sebagai wujud  kesadaran akan keterbatasan kita sebagai manusia.
Menyembah adalah bentuk bhakti sebagai penyerahan diri yang dilakukan dengan tulus dan penuh kepasrahan terhadap kemaha agungan Tuhan.

b.      Sekte Wisnu
Sekte ini lebih mmengutamakan pemujaan kepada dewa Wisnu karena dewa ini sangat sympatik bagi mereka dengan sifat-sifatnya yang berdasar pada perasaan  bhakti (cinta).
Pandangan pengikutnya antara lain menyatakan bahwa kebaikan Wisnu dengan Bhaktinya ialah yang dapat memberikan jaminan kedamaian hidup bagi uumat pemujanya, karena itu cukuplah bagi pengikut-pengikutnya untuk menyerahkan diri saja kepada-Nya.
Sikap penyerahan diri kepada-Nya akan membawa mereka kepada Nirwana. Segala kebaikan bhakti Wisnu itu dilukiskan dengan panjang lebar dalam sucinya yaitu kitab Purana
Didalam kitab tersebut diceritakan bagaimana manifestasi can kebaikan bhakti Wisnu dalam usahanya menolong ummat manusia dari segala bentuk kehancuran dan kejahatan. Dengan jelma (melakukan avatara) menjadi berbagai makhluk ajaib dalam 10 rupa, maka kehancuran dan kejahatan dapat dihindari.
Kesepuluh avatara tersebut adalah:[4]
(1)   Matsyavatara, berupa ikan besar untuk menolong manusia pada saat banjir besar melanda dunia yang akan menenggelamkannya.
(2)   Kurnavatara, sebagai kura-kura untuk menolong dewa-dewa pada waktu mengaduk samudera guna mendapatkan air amerta (air hidup) yakni air yang bilamana diminum orang akan mengalami hidup kekal abadi.
(3)   Narashimha, sebagai singa yang berbadan manusia yang membunuh raksasa yang tidak bisa dibunuh olehsiapapun.
(4)   Varahavatara, sebagai babi rusa yang menolong manusia dengan menggigit bumi yang pada saat itu akan dibawa karpatala (neraka dibawah bumi) oleh musuh-musuh manusia.
(5)   Vamanavatara, sebagai oarang cebol yang dapat mengalahkan cucu raksasa yang bernama Narashinka. Cucu raksasa tersebut bernama Bali (Daitya Bali)
(6)   Budhavatara, sebagai budha yang bertugas melemahkan musuh-musuh dewa yang menyebarkan ilmu palsu.
(7)   Parasuramvatara, sebagai kesatrya yang bersenjatakan parasu ( kampak) membunuh beberapa kesatrya yang menghina ayahnya, sebagai pembalasan atas penghinaan tersebut.
(8)   Ramavatara, rama sebagai kesatrya, anak Dasarata yang dibuang kehutan belantara, dimana ia kehilangan isterinya Shinta, karena perbuatan Dasamuka (Rahmana) yang berwatak rakus dan yang menganiaya ummat manusia. Akhirnya Rama dapat membunuh Rahwana serta dapat merebut kembali isterinya, (cerita tentang Rama tersebut diuraikan dalam kitab Ramayana).
(9)   Kalkiavara, sebagai Kalki ( Ratu Adil) yang dapat mmententramkan dunia yang mengalami kekacauan akibat perbuatan makhluk-makhluk jahat di dunia.
(10)  Kresnavatara, sebagai Kresna yang kemudian membunuh Raja Kamsa (seorang raja Mathura kemenakan Kresna).
Semua avatara Wisnu tersebut merupakan salah satu gambaran simbolis yang mencerminkantentang kebenaran kepercayaan Wisnuisme kepada adanya “juru selamat” di dunia dan manusia dari kehancuran hidupnya.
Wisnu biasanya dibedakan menjadi 4 sampradaya pokok atau sekte, diantaranya yang sangat kuno adalah Sri Sampradaya yang diperkenalkan oleh Ramanuja Acarya, kira-kira pertengahan abad ke-12. Para Pengikut Ramanuja memuliakan Wisnu dan Laksmi beserta inkarnasinya, mereka disebut pengikut Ramanuja atau Sri Sanpradayin atau Sri Waisnawa.[5]

c.       Sekte Siwa
Penganut Hindu dari sekte Siwa meyakini Tuhan adalah Siwa. Salah satu bentuk pemujaan Siwa yang dilakukan oleh pada Pendeta Siwa adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut sebagai Mantra Catur Dasa Siwa, yakni empat belas wujud Siwa.[6]
Mantra ini digunakan untuk mendapat pengaruh ke-Tuhan-an yang kuat dan suci serta untuk mendapat kebahagian sekala-niskala.
Mantra itu sebagai berikut:
Om Ang Prasada Kala Siwaya namah
Om Ang Stiti Kala Siwaya namah
Om Ang Kala-kutha Siwaya namah
Om Ang Maha-suksma Siwaya namah
Om Ang Suksma Siwaya namah
Om Ang Anta-kala Siwaya namah
Om Ang Adhi-kala Siwaya namah
Om Ang Parama Siwaya namah
Om Ang Ati–suksma Siwaya namah
Om Ang Suksma-tara Siwaya namah
Om Ang Suksma-tama Siwaya namah
Om Ang Sada Siwaya namah
Om Ang Parama Siwaya namah
Om Ang Sunia Siwaya namah
Pendeta Siwa yang mengucapkan dan meresapkan Mantra Catur Dasa Siwa ingin mendudukkan Siwa dalam tubuh/ dirinya mulai dari bagian bawah tubuh sampai ke bagian atas tubuh, yakni:
Mantra nomor 1 untuk kaki kanan
Mantra nomor 2 untuk kaki kiri
Mantra nomor 3 untuk perut
Mantra nomor 4 untuk pusar
Mantra nomor 5 untuk hati
Mantra nomor 6 untuk tangan kanan
Mantra nomor 7 untuk tangan kiri
Mantra nomor 8 untuk mata kanan
Mantra nomor 9 untuk mata kiri
Mantra nomor 10 untuk telinga kanan
Mantra nomor 11 untuk telinga kiri
Mantra nomor 12 untuk sela-sela alis
Mantra nomor 13 untuk ujung hidung
Mantra nomor 14 untuk ubun-ubun
Pemeluk-pemeluk aliran ini sangat optimis terhadap kebulatan kekuasaan dewa Siwa ini, karena ia dipercayai dapat menjelma menjadi berbagai bentuk kedewataan yang menggambarkan akan kekuasaannya yang besar. Kekuasaannya meliputi: penentuan hidup dan matinya manusia dan kekuasaannya adalah yang tertinggi diantara dewa-dewa.
Pada masa permulaan Agama Hindu, Siwa tidak pernah dipuji orang sebagaimana halnya Wisnu. Sebagai tanda kekuasaannya dewa ini digambarkan secara fantastis dengan tangan empat. Bilamana ia sedang menjadi Siwa Maha Dewa (Maheswara) maka tak ada dewa atupun yang dapat mengalahkan kekuasaannya. Bilamana ia sedang menjelma menjadi dewa Maha Guru maka Siwa adalah sebagai oarang tua berjanggut yang saleh dan suka membimbing manusia ke arah hidup bahagia. Sebagai ciri watak-wataknya sebagai guru, dia disimbulkan dalam bentuk orang yang membawa kendi, sapu lalat (cemara) dan tasbih ( akshamala). Tetapi bilamana ia sedang menjelma menjadi Mahakala, maka watak serta sikapnya dilukiskan sebagai raksasa yang buas merusak apa yang dikehendaki dan kejam. Oleh karena itu sebagai tanda pada Kroda (amarahnya) diberi simbol Parasu (Kanpak), Trisula (lembing dengan tiga mata). Dan Fesu (jaring).[7]
Jadi keistimewaan Dewa Siwa ini adalah dapat mempunyai watak/sifat-sifat pribadi yang satu sama lain kadang-kadang berlawanan. Dalam pemujaan-pemujaan demikian mereka memberikan korban-korban dan saji-sajian setiap waktu tertentu dibawah pimpinan pendeta-pendetanya.

d.      Sekte Sakti
Sebenarnya aliran ini masih dapat dimasukkan sebagai bagian dari aliran Siwa, tetapi karena yang disembah dan dipuji bukan lagi Siwa melainkan saktinya dalam bentuk Darga, dan karena lebih luasdan lebih mendalam, maka lebih tepat kalau dianggap sebagai salah satu aliran keagamaan tersendiri dalam agama Hindu. Sakti adalah kekuatan, prinsip aktif yang menyebabkan Siwa mampu menciptakan. Tanpa Sakti tersebut Siwa tidak akan dapat berbuat apa-apa karena Siwa adalah prinsip pasif. Karena itu Sakti menjadi lebih penting daripada Siwa sendiri. Segala sesuatu terjadi karena bersatunya prinsip pasif dengan prinsip aktif. Yaitu persatuan Siwa dengan Saktinya, Durga.[8]
Persatuan antara Siwa dan Saktinyaadalah persatuan antara laki-laki dan perempuan, yang dilambangkan sebagai Linga dan Yoni. Karena itu hubungan seks mempunyai arti yang ssangat penting dalam sekte Sakti ini. Karena segala sesuatu tercipta melalui persatuan tersebut, maka egala sesuatau mengandung kekuatan dan Sakti Siwa. Bentuk-bentuk tertentu dari Sakti dan segala sesuatu adalah baik; tidak ada yang tidak baik. Hanya orang yang tidak mengerti saja yang beranggapan bahwa ada yang baik dan ada yang tidak baik. Ini keliru, karena anggapan itu hanya didasarkan pada kesadaran manusia sendiri. Untuk mencapai kebenaran dan kelepasan (moksa) manusia harus melepaskan diri dari belenggu kekeliruan ini. Ia harus melepaskan kesadarannya sendiri sehingga dapat menyadari kebenaran bahwa segala sesuatuadalah perwujudan dari Sakti dan Siwa, dan bahwa semua adalah baik.[9]
e.       Sekte Tantra
Aliran ini dalan usaha mencapai Nirwana lebih mementingkan cara penbacaan manter-mantera rahasia dan membebaskan ruang gerak hawa nafsu. Dalam kitab Tantrisme yang disebut kitab “AGAMA” dan “TANTRA” dinyatakan bahwa “Hendaknya manusia jangan mengekang hawa nafsunya tetapi sebaliknya hawa nafsu harus dibebaskan dan diberi kepuasan. Dengan demikian, maka jiwa manusia menjadi merdeka dari segala tekanan-tekanan psikisnya”.
Cara-cara yang ditempuh ialah menjalankan 5 (lima) “ma” yang terdiri dari Matsya: makan ikan sebanyak-banyaknya. Mada: meminum tuak sebanyak mungkin. Mansa: makan daging sebanyak-banyaknya. Mudra: makan sejenis nasi (padi-padian) sebanyak-banyaknya. Akhirnya Mauethua: melepaskan nafsu birahi sebanyak-banyaknya dengan wanita.[10]
Dengan kepuasan nafsu tersebut, manusia dapat melepaskan diri dari samsara. Adapun sistem ajaran Tantrayana tersebut diberikan dalam bentuk percakapan antara Siwa dengan Durga (isteri Siwa).

Zaman Pertengahan Sampai Kemerdekaan India

Zaman Pertengehan Sampai Kemerdekaan India
Makalah ini dibuat untuk
Memenuhi mata kuliah HINDUISME

Di Susun Oleh:
ERIK ERMAWAN 1111032100061



FAKULTAS USHULUDDIN
PERBANDINGAN AGAMA SEMESTER 3 A
2012

Zaman Raja Harsha (606 – 647)
Pemerintahan Harsha atau Suhasta Mama Maharaja Diraja Sri Harsha Wardana , raja Hindhu penghabisan yang masyur (606-647).Harsha berasal dari keturunan raja – raja kecil , akan tetapi ibunya termasuk keturunan gupta. Ditahun 604 bapaknya mengirim saudaranya yang sulung , Rajavardhana ,dengan tentara yang kuat untuk memerangi bangsa Huna disebelah Utara. Mula – mula Harsha menolak permintaan rakyat akan mengganti saudaranya. Oleh sebab itu selama satu tahun pemerintahan kacau. Harsha tidak dapat membiarkan keadaan itu dan ditahu 606 ia menerima permohonan itu , akan tetapi sebagai pemangku. Pekerjaan nya yang pertama ialah mencari adik perempuannya yang lari kepegunungan , setelah suaminya dibunuh oleh raja Malwa.Baru 6 tahun setelah Harsha dipilih rakyat menjadi rajanya ia dinobatkan dengan mengambil nama Maharajadhiraja Sri Harsha.Usaha lain yang dikerjakan oleh Harsha ialah memperkuat balatentaranya. Setelah cukup kuatnya untuk tahan berperang selama 5 tahun , ia mulai membulatkan kerajaannya dari India Utara sampai ke Teluk Benggala.Harsha memerintah 46 tahun lamanya , diantaranya 37 tahun dalam suasana perang yang terus menerus. Pada penghabisan pemerintahannya ia mengikuti teladan Asoka Maurya dan menjadi seorang santri (sangha) Buddha.
Ditahun 647 raja Harsha wafat setelah memerintah 46 tahun. India tidak akan melupakan namanya , sebab ialah raja yang membawa keamanan dan kemakmuran dan membangkitkan India kembali dari penindasan bangsa Huna , pada masa mana India jatuh dalam sengsara dan menjadi negeri yang sepi.Akan tetapi setelah kemakmuran kembali berkat jasa raja Harsha dan musuh dari luar tidak mengancam lagi , maka terbitlah permusuhan – permusuhan diantara raja – raja yang dibawah kuasa Harsha , tidak lama setelah ia wafat .



Zaman kerajaan – kerajaan di India Utara , Deccan dan India selatan
Di India Tengah dan Selatan kebudayaan Hindu terus berkembang , setelah India Utara dan Hindustan dikuasai oleh raja – raja Islam yang datang dari Persia dan Asia Tengah.Diantara kerajaan – kerajaan di India Tengah yang amat kuat ialah kerajaan Chalukya sampai tahun 1190.Kebudayaan dikerajaan itu dizaman Harsha sudah tinggi derajatnya , misalnya lukisan – lukisan yang terdapat dalam gua – gua dilembah Ajanta.dan dinamai Kebudayaan Zaman Ajanta.
Kerajaan yang besar juga dikuasainya diabad ke 8 ialah Rashtrakuta , dipahat di dalam gunung batu dekat Ellora , didaerah Hydrabad sekarang. Dari kebudayaan dizaman itu nampaklah kemunduran agama Buddha , sedang agama Hindu bertambah maju.Deccan dan India Selatan yaitu Bangsa Dravida , sudah mempunyai kebudayaan dan agama sendiri , sebelum bangsa Arya datang dari Utara.
Kemudian agama Buddha juga ditanam oleh Asoka di daerah itu. Dari percampuran agama Brahma , Buddha dan kepercayaan asli , terjadilah lambat laun agama rakyat semata mata , yang dinamai agama Hindu.Semenjak lama India Selatan menjadi impian raja – raja disebelah utara , yang hendak menakklukan daerah itu. Negeri itu namanya Tamilakam ( dalam kitab – kitab orang Yunani : Damirike ) dan terbagi atas 3 kerajaan : Pandya , Chola dan Kerala atau Chera.
Kitab – kitab bahasa Tamil sampai sekarang banyak yang tersimpan , didalamnya terdapat syai – syair dan lakon – lakon (drama).Kemudian mulai dari abad ke 4 sampai abad ke 8 terdengarlah kemasyuran kerajaan Pallava yang menakklukan kerajaan – kerajaan tiga – tiganya dan memerangi kerajaan Chalukya di India Tengah juga.
Suku Pallava itu mula – mula bersifat pengembara dan tak mau mendiami tempat yang tetap. Diabad ke 4 kerajaan Pallava sudah tersebut namanya yaitu pusat kota Kanchi. Raja – raja yang masyur ialah Mahendravarman (600-625) dan Narasinhavarman (625-645) keduanya mendirikan candi – candi yang indah tempat memuja Vishnu dan Siva.
Kemudian kuasa raja –raja Pallava berkurang , sebab terus menerus berperang dengan Chalukya. Dengan surutnya kerajaan Pallava mulailah kerajaan Chola timbul sekali lagi. Kerajaan Chola itu mempunyai daerah yang melingkungi Sailan , Pegu , Martaban di Birma dan kepulauan Andaman. Candi yang amat masyur dan masih ada sekarang di Tanjore didirikan atas titah raja Rajarajadeva.
Sebagian dari kerajaan Chola bernama Kalingga. Dalam nama ini tersimpan perkataan keeling. Dari India Utara datang terutama golongan yang hendak menyebarkan agama Buddha. Mereka itu dididik lebih dahulu dikota Kanchi , yang masyur namanya sebagai suatu pusat perguruan luhur , sebelum berangkat ke Indonesia. Jadi teranglah pada asalnya kebudayaan Hindu di Indonesia berdasarkan kebudayaan India Selatan dari abad – abad permulaan Tarich Masehi. Lama kelamaan dasar – dasar Hindu itu makin kabur , sedang corak asli bertambah terang .









1. Masa pertengahan ( 1000-1800 M)
Ciri utama masa ini menunjukan fakta bahwa Islam memberikan sebuah sebuah konteks mendasar bagi perkembangan hinduisme sebagai teks. Pendukung Alberuni, Mahmud Ghazni memimpin tujuh belas serangan yang gemilang ke india dan mematahkan perlawanan orang-orang HINDU dengan mudah. Dia lebih tertarik untuk menghancurkan kota-kota dari pada membangun kerajaan. Pada tahun 1192, penguasa utama Rajput di Utara dikalahkan dan dibunuh oleh Muhammad Ghuri, dan pada tahun 1200, dinasti budak (slave dynasty) telah mendirikan aturan muslim di India Utara dan berakhir sampai 1858.
 Hinduisme berkembang dengan baik, sampai kedatangan Islam, dalam mengakomodasikan, jika bukan menyerap semua tantangan dalam bentuk agresi dari luar dan perpecahan dari dalam. Islam memberikan pengaruh ganda bagi Hinduisme. Di satu pihak, islam menganjurkan perpindahan agama; di pihak, Islam mendorong kecenderungan yang lebih egaliter dan monoteistik bagi kaum Hindu. Kemudian muncul tokoh-tokoh yang berusaha untuk menjembatani jurang pemisah antara keduanya. Sebagai contoh adalah kabir (abad ke 15), guru Nanak (1469-1538), Dadu (1544-1603).
Kabir menulis sekumpulan kidung (hymns) yang dikenal sebagai “Bijak”; Dadu, pengikut Kabir dan pendiri Parabrahmana-sampradaya, bermaksud menyatukan semua agama menjadi satu.Dia mengarahkan para pengikutnya untuk mengumpulkan semua teks devosional dari berbagai aliran menjadi satu kumpulan. Tulsidas (1532-1623) adalah penulis teks Ramayana dalam versi bahasa Hindi (Rama-carita-manasa) dan Vinaya-partika; Guru Nanak (1469-1538) menulis teks suci kaum Sikh (Granth Saahib), yang berisi kidung-kidung yang ditulis oleh guru-guru mereka serta orang-orang religious lainnya, baik Hindu maupun Muslim.
Memang ada interaksi antara Islam mistis dan Hinduisme, namun ajaran utama Hinduisme menarik diri kedalam kerang pelindung; dan secara mendasar berada dalam cengkraman keputusan politik, sehingga berbalik kearah penghiburan sepiritual pada tuhan. Hal ini terlihat dengan berkembangnya gaya hidup sebagai pertapa atau pengundurkan diri dari kehidupan duniawi. Kehidupan sannyasinmenjadi semacam pelarian diri, seperti yang dilihat dengan jelas oleh Guru Nanak.Pada sekitar abad ke-16, keeksterman Hinduisme terlihat jelas dalam karya-karya puisi devosional dengan kualitas sensasional, yang geraknya diwakili oleh surdas, Tulsidas, Mirabai, dan lain-lain.
Gerakan caitanya pada abad ke-15, yang menekankan pembacaan weda secara umum, merupakan sebuah usaha untuk menghindarkan Hinduisme agar tidak menjadi agama rumah dan perapian saja. Gerakan devisional ini menekankan kekuatan penyelamatan dalam nama Tuhan terutama Krishna dan Rama, sehingga berpuncak pada pernyataan paradox bahwa nama tuhan adalah lebih besar dari Tuhan sendiri. Gerakan devisional (bhakti) ini dikatakan berasal dari india selatan, dimana para devote Wishnu dan Shiwa sudah mencapai puncaknya pada abad ke-9. Sekarang kita akan pindah ke wilayah India selatan.
Islam masuk ke India Selatan dengan disingkirkannya Deogiri oleh Malik Kafur pada 1307.Namun reaksi kaum Hindu di Selatan cukup menarik dan berbeda.Sejarah mencatat bahwa ketiga aliran utama Vedanta yang diwakili oleh Shankara (abad ke-9), Ramanuja dan madhva (abad ke-13) muncul di Selatan.Walaupun pemikiran Ramanuja dan Madhva adalah lebih bersifat teistik, namun masih tetap mengikuti konsep filsafat Vedantadan bukan hanya bersifat devosional saja.Wilayah selatan menunjukkan kekuatan serta vitalitas lebih besar, bukan hanya secara religious, namun juga secara politis.Hal ini disebabkan adanya kerajaan Vijayanagar yang berkuasa dari abad ke-14 sampai abad ke-17.
Gerakan devosional (bhakti) di maharastra (wilayah barat India) mengambil dua bentuk, yakni; varakari dan dharakari.Bentuk dharakari lebih bersifat aktif dan devosional, dimana salah satu tokohnya adalah Ramdas yang menjadi guru Shivaji (1627-1680).Di bawah kepemimpinan Shivaji inilah kerajaan Marathas menjadi sebuah kekuatan politik yang kuat dan menggantikan kekuatan Muslim di Selatan.Bentuk varakari melahirkan nama-nama besar penyair-santo di wilayah Barat India, seperti Namadev (abad ke-14) dan Tukaram (abad ke-17).Gerakan bhakti menyebar keseluruh wilayah India serta menghasilkan penyair-santo seperti Shankaradeva di Assam dan Purandaradasa di Karnataka (abad ke-16).
Pada masa ini, dua gerakan politik berbasis Hindu yang cukup berhasil adalah kerajaan vijayanagar di Selatan dan kerajaan Marathas dibagian Barat India (terlepas dari kaum Sikh di Punjab).Di masa kerajaan Vijayanagar, terjadi kebangkitan kembali studi atas Weda dan komentar Hindu atas Weda yang ditulis oleh Sayana.Kemudian juyga Shivaji (1627-1680) dinobatkan sebagai tokoh ahli dibidang Ritual Weda dan menyatakan dirinya sebagai pelindung Weda.Puisi-puisi devosionalsaat itu berpusat pada Rama dan Krishna, yang merupakan inkarnasi Wishnu.
Ciri paling menonjol pada masa Muslim (1200-1757) ini adalah berkembangnya agama Wishnu (vaishnavism). Dua nama besar dari Selatan adalah Vallabha (1479-1531) dari india Selatan dan Caitanya (1486-1533) dari wilayah Bengal. Keduanya mengajarkan jalan devosi yang berpusat pada Krishna dan Radha.Vaishnavisme popoler ini disebarkan di wilayah Maharastra oleh namadeva (abad ke-14) dan tukaram (abad ke-17); sedangkan di utara, vaishnavisme berkembang dalam bentuk penyembahan terhadap Rama.Tokoh-tokoh terkenal dari India Utara adalah Ramananda (abad ke-14), Dadu (1544-1603) dan Tulsidas (1532-1623).

Pengaruh Islam dapat dilihat dari gerakan religius di India Utara dengan ciri Monoteisme ketat, tanpa menghiraukan perbedaan kasta dan menolak pemujaan terhadap Imaji (patung, gambar dsb). Sebagai contoh adalah Kabir (abad ke-15) yang mengajarkan sebuah agama universal berdasarkan pada relisasi personal akan Tuhan yang tinggal didalam hati manusia. Kemudian, Guru Nanak (1469-1538) mendirikan agama Sikh (1469-1538) yang berusaha untuk menyelaraskan Islam dan Hinduisme.

4. Masa Modern (1800-1947)
Pengaruh kemudayaan Barat memberikan dampak menentukan bagi Hinduisme.Walaupun Hinduisme popular dan tradisional tetap menguasai masyarakat umum, namun orang-orang terpelajar sangat dipengaruhi oleh ide-ide baru yang datang dari Barat.Rasionalisme dan positivism cukup memikat pikiran orang-orang yang tidak puas dengan Hinduisme tradisional.Berbagai gerakan reformasi dimulai, dimana Brahmo-Samaj, Arya-Samaj dan Ramakrishna mission merupakan merupakan gerakan yang paling penting. Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan dengan barat telah membuat penganut Hinduisme lebih sadar akan keniscayaan untuk menjaga nilai-nilai tradisional Hinduisme, walaupun mereka harus menyesuaikan diri dengan mentalitas modern.
Masuknya orang-orang Inggris sebagai penjajah membuat Hinduisme menghadapi situasi yang berbeda secara kualitatif.Masuknya penguasa Inggris mengurangi kekuatan Islam, namun Hinduisme harus menghadapi sebuah kekuatan baru, yakni agama Kristen. Pada saat yang sama, Hinduisme dihadapkan dengan sebuah ancaman baru, yakni: sains, sekularisme dan humanism. Justru melalui inisiatif orang-orang barat, pengetahuan tentang Hinduisme ditemukan kembali dan termasuk studi atas kitab weda.
Dampak bagi pengikut Hinduisme tampak dari pernyataan seorang tokoh nasionalis seperti Swami Vivekananda bahwa Max Muller yang mengedit Rig-Weda di masa modern mungkin adalah reinkarnasi dari sayana di masa kerajaan Vijayanagar.
Walaupun ada sejumlah unsur yang harus di pertimbangkan untuk menjelaskan kebangkitan kembali Hinduisme setelah tahun 1800, namun dari sisi Hinduisme sebagai system religius, orang harus mengenali peranan Weda dalam proses tersebut. Pada masa reformasi awal, justru issu tentang Weda dan otoritas weda munculkembali ke permukaan.Tokoh reformasi Hindu pertama adalah raja Rammohun Roy berusaha untuk membenarkan monoteisme yang berbasis Vedanta.  Sekitar 1830, dia mendirikan gerakan Brahmo Samaj di wilayah Bengal untuk melanjutkan perjuangannya. Kemudian di akhir  abad ke-19, Swami Dayananda Saraswati mendirikan gerakan Arya Samaj di Bombay, memperkuat keabsolutan Weda  yang telah dicetuskan oleh gerakan Brahmo Samaj.
Menjelang akhir abad ke-19 dan awal kea bad 20, perkembangan Hinduisme mengalami sebuah proses pembalikan. Pada perkembangan sebelumnya, tradisi Hinduisme memperkeras  posisinya untuk mempertahankan otoritas weda karena di bawah tekanan Buddhisme, Jainisme dan Materialisme. Di masa Modern, walaupun Hinduisme sekali lagi mendapat tekanan dari sumber Kristiani yang rasional, modernis dan reformis, Hinduisme tidak bereaksi dengan cara yang sama. Hinduisme sekarang meninggikan pengalaman religius di atas otoritas religius dan tidak lagi terikat pada otoritas Weda.Sri Ramakrishna kadangkala melakukan penolakan terhadap Weda  dan hanya menggunakannya sebagai sebuah symbol. Kemudian Swami Vivekananda juga pada saat tertentu meremehkan otoritas Weda yang begitu kuat bagi kaum Hindu dan Berkata: “ Jika saya mengutip sebuah teks dari Weda dan dan memberikan arti yang tidak masuk akal . . . maka semua orang bodoh akan mengikuti saya”. Dia tidak ragu untuk mengatakan hal ini dalam ceramah-ceramahnya.Hampir semua tokoh-tokoh religius India di Masa Modern seperti B.G. Tilak (1856-1929), R. Tagore (1861-1941), Sri Aurobindo (1872-1950), dan Mahatma Gandhi (1869-1948) … Semuanya mengambil inspirasi mereka dari Weda, Walaupun bukan dari Otoritas Weda, dan bahkan Sri Rahmana Maharshi (1879-1950) mewajibkan pembacaan Weda secara teratur di asharm Tiruvannamalai

Sumber-Sumber Pokok Agama Hindu Kitab Agama Tantra, Darsana dan Upanishad

SUMBER-SUMBER POKOK
Kitab Agama Tantra, Darsana dan Upanishad

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Syarat
Pada Matakuliah Agama Hindu

Dosen:
Hj.Siti Nadroh, M.Ag



Oleh :
Muhammad Sapril
1111032100009

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
A. PENDAHULUAN
Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang mana di dalamnya memuat nilai-nilai spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma.

B. KITAB TANTRA
Tantra adalah cabang dari agama Hindu. Kebanyakan kitab-kitab Tantra masih dirahasiakan dan arti sebenarnya dan yang sudah diketahui masih merupakan teka-teki. Kebanyakan orang-orang Hindu, termasuk para sarjana besar, pada umumnya tidak mendiskusikan Tantra.
Kata Sansekerta dari Tantra artinya "memperluas" (to expand). Berbeda dengan agama Hindu pada umumnya, sebagian dari Tantra percaya kepada kenikmatan hidup material. Tidak seorangpun mengetahui secara tepat kapan Tantra mulai atau Mahareshi mana yang memulainya. Bukti menunjukkan bahwa Tantrisme ada selama zaman Weda. Bahkan Sankara menyebut keberadaannya dalam bukunya Saundarya Lahari. Ada sekitar seratus delapan buku mengenai Tantra. Tantrisme dan Saktiisme hampir satu dan sama. Dalam Tantrisme, Istadewa yang dipuja adalah Siwa-Sakti, kombinasi dari Siwa dan saktinya Parwati.
Mengenai naskah Tantra ada anggapan bahwa naskah atau kitab tersebut diberikan oleh dewa Siwa kepada ummat Hindu untuk zaman Kali-yuga,  sekarang ini (satu Kalpa terbagi menjadi 1000 mahayuga dan setiap mahayuga terdiri dari empat yuga, Krta-Yuga, Trata-Yuga, Dvapara-Yuga, dan Kali-Yuga.) penyusunannya dilakukan oleh para Resi. Kitab ini penuh dengan ajaran-ajaran rahasia dan silit dipahami maksudnya. Pada garis besarnya, isi kitab Tantra merupakan dialog antara Siwa dengan sakti istrinya Parwati yang menempati kedudukan terpenting sebagai inti kekuatan dewa.
Bagian terbaik dari Tantra adalah pengetahuannya mengenai energi Kundalini yang luas yang belum dimanfaatkan di dalam tubuh manusia. Tantra juga melakukan penelitian mengenai ilmu kimia, astrologi, astronomi, palmistry (ilmu meramal melalui rajah tangan), cosmologi (ilmu tentang alam semesta, awal, perkembangan, dan akhirnya) dan bahkan teori atom. Mantra-mantra adalah hadiah dari Tantra kepada agama Hindu dan dunia. Yantra, sket-sket dan bentuk-bentuk geometral yang dihubungkan dengan Mantra, juga merupakan hadiah yang sama pentingnya dari Tantra kepada kemanusiaan.

1. Menurut Ttantra Saraf Yang Paling Penting
Menurut Tantra adalah tiga urat saraf yang peling penting, yaitu Sushumna, Ida dan Pinggala, mulai dari Muladhara Chakra, di dasar tulang belakang. Sushumna adalah yang paling penting dari semua saraf, atau Nadi, dan ia tidak kelihatan dan sangat halus. Ia bergerak melalui jaringan pusat dari tulang belakang dan bergerak jauh sampai titik paling atas dari kepala. Ida dan Pinggala bergerak paralel dengan Sushumna di sebelah kiri dan kanan dari saraf tulang belakang. Ida dan Pinggala bertemu dengan Sushumna di Ajna Chakra, titik yang terletak antara alis mata. Mereka berpisah lagi dan mengalir melalui sisi kiri dan kanan hidung.

2. Chakra
Sepanjang Sushumna, ada tujuh pusat-pusat bathin (psychic centers) mulai dari Muladhara Chakra. Mereka tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mereka dipercaya berbentuk seperti bunga teratai dengan warna-warna yang berbeda, dan masing-masing mengendalikan kegiatan dari organ indriya yang berbeda.
a. Muladhara Chakra (pada dasar dari tulang belakang) memiliki empat daun bunga dan mengendalikan bau.
b. Swadishthana Chakra (pada dasar kelamin) memiliki enam daun bunga dan mengendalikan rasa.
c. Manipura Chakra (di seberang pusar) mempunyai sepuluh daun bunga dan mengendalikan pandangan.
d. Anahata Chakra (sejajar dengan hati) mempunyai duabelas daun bunga dan mengendalikan sentuhan.
e. Wisuddha Chakra (pada jakun kerongkongan) memiliki enam belas daun bunga dan mengendalikan pendengara.
f. Ajna Chakra (di antara alis) memiliki dua daun bunga dan mengendalikan pikiran.
g. Sahasrara Chakra (terletak diatas titik paling atas dari kepala) mempunyai seribu daun bunga. Disini Yogi telah meperoleh Kesadaran Kosmis.

3. Kundanili
Menurut Kitab-kitab Tantra, ada kekuatan hebat yang sangat rahasia di dalam tubuh manusia yang disebut kekuatan Kundalini atau kekuatan ular. Ia berbaring seperti seekor ular dalam gulungan atau bentuk yang tidak aktif pada dasar dari tulang belakang di Muladhara Chakra. (Tiga dari saraf yang paling penting dari tubuh manusia, Sushumna, Ida dan Pinggala, juga berawal dari titik yang sama). Menurut Tantra, karena kekuatan yang hebat ini tetap tidur (dormant) selama kehidupan seseorang, kebanyakan orang tidak menyadari keberadaannya. Dipercayai bahwa ketika seorang manusia mengembangkan spiritualitas dengan meditasi atau latihan Pranayama, kekuatan ini bangkit ke atas perlahan-lahan melalui saraf Sushumna. Bergeraknya ke atas secara perlahan dari kekuatan Kundalini ini dikenal sebagai kebangkitan dari Kundalini.
Kekuatan ini begerak ke atas secara perlahan-lahan dan mantap dan tidak melesat ke atas dalam satu garis lurus. Ketika melewati setiap pusat batin (psychic center), orang itu akan memiliki kendali penuh atas organ-organ indriyanya. Misalnya, bila ia mencapai Manipura Chakra di seberang pusar, orang itu akan mempunyai kendali penuh atas atas pandangan. Tidak ada Samadhi (persatuan dengan Tuhan) yang dapat dilakukan tanpa kebangkitan kekuatan ini. Dikatakan bahwa kekuatan Kundalini melewati keenam Chakra dan akhirnya bersatu dengan Sahasrara di atas (tiara, crown) dari kepala. Ketika ini terjadi orang tersebut telah mencapai kesadaran kosmis, bentuk tertinggi dari pengejawantahan (Tuhan).
Orang-orang Hindu jarang membicarakan tentang Tantra. Karena sifat erotik dari beberapa bagian kitab-kitab Tantra. Sayangnya, Tantra juga membahas masalah-masalah magi hitam (black magic) dan latihan-latihan yoga-seks antara pengikut wanita dan pria. Menurut Tantrisme, tindakan demikian itu akan membantu para penganut untuk menjelajahi indriya mereka dari pada ditundukkaan oleh mereka, dan untuk secara nyata mempergunakan energi seksual mereka untuk peningkatan spiritual. Penganut wanita yang ambil bagian dalam latihan-latihan erotik ini dianggap seorang Sakti. Terpisah dari apa yang kukatakan di atas, dalam banyak praktek Tantrik para penganutnya mengikut "Lima M." Yaitu Madya (anggur), Mamsa (daging), Matsya (ikan), Mudra (nasi keras) dan Maithuna (persatuan seksual). Selama pelaksanaan upacara tertentu, para penganut Tantra bahkan mengunakan obat-obatan dan kimia.
Salah satu dari praktek Tantrik dikenal dengan nama Chakra Pooja, atau "pemujaan melingkar" (circle worship). Dalam upacara ini sejumlah pasangan laki-laki dan wanita bertemu di tengah malam di tempat yang dipilih, misalnya sebuah kuburan dan melakukan "hubungan seks suci" (holy intercouse). Persatuan seks ini sangat rumit dan terperinci, mulai dengan tindakan-tindakan "pemujaan badan." Banyak dari ukiran dan lukisan erotik di India mengambarkan kegiatan-kegiatan Chakra Pooja ini. Sekalipun kebanyakan agama, termasuk agama Hindu (menurut Hukum Manu), melarang hubungan seks selama menstruasi, Tantra malah mendorongnya dengan keyakinan bahwa selama periode ini energi seorang wanita ada pada puncaknya. Ada Mudra atau gerak tangan yang khas Tantrisme, kebanyakan melambangkan kegiatan seksual. Bahkan lambang AUM tampak dalam banyak Tantra sebagai sebuah simbol mistik yang menekankan persatuan pria dan wanita. Tantrisme memiliki padanannya dalam Jainisme dan juga Buddhisme, yang memiliki empat aliran Tantra.
Keberadaan dari Tantra di India adalah contoh lain dari toleransi Hindu. Di dalam agama lain, proses berpikir seperti dalam Tantrisme sudah ditindas dengan kekerasan.
C. KITAB DARSANA
Menurut  ummat Hindu, beribu-ributahun lamanya para Resi dan Muni melakukan meditasi sehingga mampu memperoleh inspirasi dan mampu menginterpretasikan atau menafsirkan ajaran-ajaran Hindu secara terinci. Tafsiran tersebut nampak pada kalangan ummat Hindu sebagai aliram-aliran atau mashab filsfat yang disebut dengan Darsana.

1. Hubungan Veda dengan Darsana
Veda merupakan sabda Brahman, wahyu Tuhan yang menjadi sumber ajaran dan peganggan hidup agama Hindu, sedangkan Darsana pandangan para Maharsi tentang kebenaran dan kemutlakan ajaran Veda dan alam semesta. Darsana Astika menjadikan Veda sebagai sumber kajian. Yang mana tujuan dari Darsana adalah untuk memperkuat pemahaman terhadap ajaran suci yang terkandung dalam Veda. Dengan mendalami Darsana, akan memberikan pencerahan (kejernihan) dalam mendalami dan mengamalkan ajaran Veda.

2. Pokok-Pokok Ajaran Sad Darsana
a. Mimasa
Ajaran ini dibangun oleh Maharsi Jaimini, memberikan dasar rasional bagi pokok-pokok permasalahan di dalam Kitab Veda. Aliran itu meninjau aspek praktis dari satu persatunya dengan memperpegangi pengertian-pengertian sepanjang harfiah (literal-meanings). Kitab Veda itu dinyatakan bukan disusun langsung olehmanusia akan tetapi wahyu langsung dari pihak Brahma. Aliran itu berpendirian bahwa alam semesta (iniverse) itu bersifat abadi (eternal), bukan berakhiran suatu kemusnahan dan lalu penciptaannya kembali.
b. Yoga
Ajaran Yoga dibangun oleh Maharsi Patanjali, dan merupakan ajaran yang sangat populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran Veda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal (Paramatman/Mahapurusa). Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran.
Kitab Yogasutra, yang terbagi atas empat bagian dan secara keseluruhan mengandung 194 sutra. Bagian pertama disebut: Samadhipada, sedangkan bagian kedua disebut: Sadhanapada, bagian ketiga disebut: Vibhutipada, dan yang terakhir disebut: Kailvalyapada.
c. Nyaya
Ajaran Nyaya didirikan oleh Maharsi Aksapada Gotama, yang menyusun Nyayasutra, terdiri atas 5 adhyaya (bab) yang dibagi atas 5 pada (bagian). Kata Nyaya berarti penelitian analitis dan kritis. Ajaran ini berdasarka pada ilmu logika, sistematis, kronologis dan analitis.
d. Vaisiseka
Ajaran Vaisiseka dipelopori oleh Maharsi Kanada, yang menyusun Vaisisekasutra. Meskipun sebagai sistem filsafat pada awalnya berdiri sendiri, namun dalam perkembangannya ajaran ini menjadi satu dengan Nyaya.
e. Aliran Samkhya
Ajaran ini dibangun oleh Maharsi Kāpila, beliau yang menulis Saṁkhyasūtra. Di dalam sastra Bhagavatapurāna disebutkan nama Maharsi Kāpila, putra Devahuti sebagai pembangun ajaran Saṁkhya yang bersifat theistic. Karya sastra mengenai Saṁkhya yang kini dapat diwarisi adalah Saṁkhyakarika yang di tulis oleh Īśvarakṛṣṇa. Ajaran Saṁkhya ini sudah sangat tua umurnya, dibuktikan dengan termuatanya ajaran Saṁkhya dalam sastra-sastra Śruti, Smrti, Itihasa dan Purana.
Kata Saṁkhya berarti: pemantulan, yaitu pemantulan filsafati. Ajaran Saṁkhya bersifat realistis karena didalamnya mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena terdapat dua realitas yang saling bertentangan tetapi bisa berpadu, yaitu purusa dan prakrti.
f. Aliran Vedanta
Ajaran Vedanta, sering juga disebut dengan Uttara Mimamsa yaitu penyelidikan yang kedua, karena ajaran ini mengkaji bagian Weda, yaitu Upanisad. Kata Vedanta berakar kata dari Vedasya dan Antah yang berarti Akhir dari Weda. Sumber ajaran ini adalah kitab Vedantasutra atau dikenal juga dengan nama Brahmasutra. Pelopor ajaran ini adalah Maharsi Vyasa, atau dikenal juga dengan nama Badarayana atau Krishna Dwipayana.
D. KITAB UPANISHAD
Arti yang asli dari kata Upanishad itu ialah ”duduk berdekatan dengan kidmad”, dan juga mempunyai arti “ajaran teramat rahasia.
Istila Upanishad  sendiri berasal dari kata upa, ni dan shad: upani = dekat, di dekatnya; dan shad = duduk. Jadi, Upanishad berarti “duduk dekat”, yaitu duduk di dekat seorang guru untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Istila ini selanjutnya menjadi nama agama. Kitab Upanishad berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau antara seorang Brahmana dengan Brahmana lainnya. Kitab Upanishad  adalah salah satu bagian saja dari kitab-kitab Aranyaka yang isinya menekankan pada ajaran rahasia yang bersifat mistik dan megis.
Agama upanishad menentang ajaran-ajaran agama Brahmana, terutama mengenai ajaran korban. Agama ini didasarkan pada kitab-kitab Upanishad, yng merupakan kitab Weda yang paling muda usianya. Jumlahnya sangat banyak, dan ada yang merupakan tambahan bagi kitab-kitab Aranyaka. Isinya merupakan pemikiran falsafiyang berkisar seputar arti dan tujuan hidup dan masalah yang berkaitan dengan hakekat manusia dan alam semesta. Dari sini muncul beberapa konsep ajaran pokuk agama Hindu, seperti konsep Brahman dan Atman.
Masalah asal-usul dan tujuan manusia serta alam semasta digali secara mendalam dan mendasar dalam Upanishad. Isinya banyak yang tidak lagi bersumber pada para Brahmana, bahkan kitab itu menjadi penentang utama terhadap kekuasaan mutlak para Pendeta. Dibeberapa tempat Upanishad mengecam keras dan mengutuk arti dan nilai korban serta ritus-ritus yang diselengerahkan oleh para Brahmana.
Kitab-kitab Upanishad merupakan teks-teks India yang sangat terkenal. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berdasarkan versi Persia (1801-1802), juga dalam bahasa Eropa lainnya, dan dianngap besar pengaruhnya di kalangan ahli fikir Barat.

Gerakan Keagamaan dalam Agama Hindu yang di Pengaruhi Agama Kristen

Gerakan Keagamaan dalam Agama Hindu yang dipengaruhi oleh Agama Kristen

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas pada Matakuliah Agama Hindu

Oleh :
M.ALI MANSUR
1111032100024




JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012

     Pendahuluan

India adalah negeri yang serba ganda : ganda dalam suku bangsa, ganda dalam budaya, dan ganda dalam soal kepercayaan dan agama. Karena dalam keserbagandaan ini maka mempelajari agama Hindu terasa mengalami kesulitan.Subjeknya sangat luas dan mencakup suatu kesejarahan yang sangat luas dan mencakup suatu kesejarahan  yang sangat panjang,apalagi agama tersebut memiliki ajaran yang tak terbatas. Akan tetapi dengan usaha penelusuran, dan mencoba memandangnya secara hati-hati, dalam kesempatan ini akan diusahakan melihatnya dalam suatu bentuk yang dirasa utuh. Kalau ada benarnya ungkapan yang mengatakan bahwa mempelajari Agama Hindu itu ibarat seorang buta yang mencoba menggambarkan gajah,maka usaha ini kiranya dapat digambarkan seperti seorang yang tidak buta dan memiliki keahlian tentang ular sehingga ketika mencoba membahas belalai gajah ia akan merasa lebih menghayatinya daripada ketika membahas bagian-bagian lainnya.
Mendefinisikan agama Hindu pun juga sulit. Barangkali apa yang dikatakan oleh Thomas R. Trautman ada benarnya sekalipun juga dirasa ada kekurangannya. Dikemukannya bahwa Repubelik India sendiri membatasi pengertian seorang penganut Hindu dengan “ India” yang menurut dia mestinya harus ditambah dengan orang Pakistan, Nepal, Ceylon, yang bukan penganut agama Islam, Kristen, Persia, dan Yahudi. Adalah yang membatasi agama Hindu adalah agama yang para penganutnya menyembah dan memuja dewa-dewa Wisnu, Siwa, Sakti,avatara-avatara (penjelmaan)-nya,anak-anaknya dan sebagainya.
Agama Hindu timbul dari dua arus utama yang membentuknya, yaitu agama (bangsa) Dravida dan agama (bangsa) Arya. dalam perkembangannya di India lalu ada usaha-usaha yang mempesonakan untuk memasukkan berbagai macam kepercayaan yang ada, filsafatnya, dan praktek-praktek keagamaannya dalam suatu sistem yang sekarang ini disebut dengan agama Hindu. Memang diakui bahwa perwujudan semngat Hindu yang menyolok adalah semangat sintesis dan kompromis. Agama tersebut menyerap ide-ide, penalaran dan amalan kedewaan Siwa, dewi ibu, pemujaan patung, pertapaan, ajaran penjelmaan kembali dan sebagainya. Siwa dianggap sebagai dewa angin badai yang ada dalam kitab Weda, dan disini Siwa disebut sebagai Rudra. Dalam perkembangannya ia adalah salah satu dewa terpenting. dari agama Weda agama Brahmana agama Hindu menyerap system korban dan dewa-dewa alam. Dari agama Brahmana agama Hindu menyerap kepercayaan akan kekalnya kitab-kitab Weda, sistem kasta, upacara-upacara yang rumit dan perayaan keagamaan. dari agama Upanishad agama Hindu menyerap konsep tentang Realitas Tertinggi, juga tentang pengertian kesatuan dengan Tuhan. Agama Upanishad adalah penentang agama Brahmana. dari ajaran-ajaran Sri Krisna agama Hindu menyerap ajaran tentang avatara Wisnu, dan dari kitab Bhagavadgita agama Hindu menyerap ajaran monoteisme dan ajaran etika. Terlepas dari dua arus utama tadi, di India masih ada kepercayaan suku asli yang juga tetap ada perwujudannya dalam agama Hindu. Suku-suku asli India ini menyembah arwah nenek moyang, hantu, sungai, gunung, pohon, dan binatang. Objek-objek ini juga diserap oleh agama Hindu. Di antara dewa yang berasal dari kepercayaan suku asli ialah dewi Kali yang mengerikan. Dalam mitologi Hindu, Kali ini adalah istri Siwa dan Dewa Ganesha.
Unsur penting yang merupakan ajaran yang dominan dalam agama Hindu adalah unsur teologi, filsafat, lembaga sosial dan etika atau moral.Agama Hindu mempercayai Realitas Tertinggi hanya satu, akan tetapi tidak membatasi “yang satu” sebagai realitas yang dimaksud sebagai Tuhan yang personal. Selain itu agama Hindu juga percaya dan menyembah dewa-dewa alam yang jumlahnya sangat banyak yang dianggap pengatur alam, dan penting kedudukannya dalam upacara korban. Dewa-dewa ini diharapakan memberikan kesenangan, kebahagiaan dan ketenangan, dan sebagai imbangannya, bila para dewa merasa senang, para dewa akan mengabulkan keninginan mereka.
Sehubungan dengan itu ada komentar tentang ketuhanan dalam agama Hindu : apakah agama Hindu termasuk politeisme, monoteisme, honoteisme, ataukah yang lain, yaitu katenoteisme. Para ahli filsafat sampai pada pemaduan dengan kepercayaan terhadap satu prinsip tertinggi yang kadang sebagai yang netral dan kadang sebagai yang mutlak yang impersonal.
1. Gerakan Brahma Samay
Gerakan Brahma Samay (berarti masyarakat Brahman) tampil sebagai gerakan yang sangat teistik. Gerakan ini menolak politeisme, pemujaan patung-patung, korban
Binatang, menganjurkan dihapuskannya praktek sati (pembakaran janda), perkawinan anak-anak dan menolak praktek poligami. Gerakan ini didirikan di Bengala. Tokoh-tokonnya yang sangat terkenal adalah Ram Mohan Roy (1774-1833), Devendranath Tagore (1817-1905), dan Keshab Chandra Sen (1838-1884).
Ram Mohan Roy adalah seorang cendekiawan ahli Arab dan Persi. Karya pertamanya berjudul Tuhfat al-muwahhidin yang ditulisnya dalam bahasa Arab. Selain belajar bahasa Arab dan Persia, ia juga mempelajari Bahasa Sanskerta terutama untuk mempelajari agama Hindu. Bahasa Inggris dipelajarinya karena kaitannya dengan East India Company. Bahasa Ibrani dan Bahasa Yunani dipelajarinya dari misi Serampone di dekat Kalkuta.
Ram Mohan Roy sering disebut sebagai bapak modernisasi India. Ia mendirikan Brahma Samay sekitar 1828, dan mengajarkan semacam deisme rasionalis. Agak terpengaruh oleh Kristen, setiap malam Minggu ia mengadakan Kebaktian. Tetapi ia menentang ajaran Trinitas. Ia melindungi agama Hindu menghadapi polemik  para penulis Kristen yang tidak jujur. Ram Mohan Roy juga pernah menerjemahkan  Bibel ke dalam bahasa Bengali dan bahasa Sanskerta. Jasanya dianggap sangat besar dalam menghapuskan sati dan mengenalkan pendidikan Inggris. Tahun 1816, ia menerbitkan Vedanta Sara yang berusaha menemukan suatu monoteisme dalam pandangan Vedanta. Dengan usaha keras dicarinya ayat-ayat dalam Upanishad yang mendukung ajaran monoteisme ini. Dengan tegas ia mengemukakan bahwa tempat untuk memuja para dewa tidak terbatas pada kasta para pemujanya saja. Ia melarang penggunaan patung dan gambar-gambar yang dipasang ditempat ibadat. Hanya Khutbah-khutbah, Kidung-kidung dan do’a-do’a saja yang dibenarkan. Selain itu ia juga mengecam sikap meremehkan peribadatan berbagai macam agama.
a. Ajaran Brahma Samay
Diantara ajaran Brahma Samay yaitu Weda adalah Satu-satunya dasar iman. Pengenalan akan Tuhan bersumber kepada alam dan intuisi. Tuhan adalah Zat yang berpribadi, Ia tak pernah menitis, Ia mendengarkan dan mengabulkan do’a manusia. Penyembahan kepada Tuhan harus dilakukan secara rohani jalan mendapatkan keselamatan ialah pertaubatan dan menghentikan perbuatan dosa.
Dalam gerakan Brahma Samay ini Weda dianggap sebagai sumber penting dalam kehidupan manusia. Karena itu ia juga mengirimkan empat orang yang dipandang mampu untuk hal ini ke Benares untuk mempelajari dan menyalin kitab-kitab Weda dan harus melaporkan hasil-hasilnya. Di antara hasil-hasilnya ialah bahwa gerakan Samay ini menganggap Weda sebagai kebenaran yang sangat dijunjung tinggi.
Keshap Chandra Sen aktif dalam gerakan Samay sejak tahun 1857. Ia berpendapat bahwa yang terpenting dari ajaran tentang “Brahma” adalah konsepsi tentang “Kebapaan Tuhan” dan “Keputraan Manusia” yang kemudian dikembangkannya sebagai “Persaudaraan Manusia”. Pemikirannya sering dinilai kurang teologis. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya Keshab mengajarkan konsep keagamaan yang kurang bersifat Hindu lagi, tetapi sebaliknya lebih mengembangkan konsep keagamaan yang agak kekristenan. Pada masanyalah muncul suatu gerakan yang disebut Adi Brahma Samay. Juga pada masanya Gerakan Brahman Samay mencapai puncak tetapi sekaligus menurun. Pada 1879, ia mengajarkan semacam “takdir baru” yang dianggapnya melebihi apa yang pernah ada pada agama Yahudi dan Kristen. Akhirnya hal ini membawa kepada suatu perpecahan yang tidak dapat dihindari lagi.
2. Gerakan Ramakrisna Mision
Svami Vivekananda (1843-1902), murid Ramakrisna, pernah menghadiri Parlemen Agama di Chicago. Ia mendirikan misi dengan nama gurunya yang sekarang ini memiliki jaringan yang sangat luas. Kalau pada waktu itu umumnya gerakan keagamaan di India menekankan pada bidang pendidikan dan social, maka Vivekananda dengan misi Ramakrisnanya merupakan pendukung dan pembela dari ajaran Advaita Vedanta yang dikemukakan oleh Sankara. Oleh karena itu para penganut gerakan ini juga para penganut paham tersebut dan memiliki pandangan yang luas dan moderen. Gerakan ini mengajarkan paham monisme absolut dan memandang dunia sebagai ilusi atau maya. Gerakan ini mengakui bahwa Brahma adalah nyata, dan merupakan Wujud Mutlak atau Tuhan yang impersonal. Pendirinya adalah Ramakrisna Prahamsa. dan penyebarnya adalah muridnya yang dinamis, Svami Vivekananda.
Ramakrisna Prahamsa (1834-1886) tidak berusaha keras dalam masalah penyingkiran patung-patung seperti lazimnya gerakan pemurnian keagamaan lainnya. Ia banyak bergaul dengan orang-orang yang berlainan agama, akan tetapi menganut kepercayaan terhadap “realitas yang tunggal”. Sekalipun ia adalah seorang yang otodidak, tidak menempuh pendidikan yang resmi, namun dia berusah mengikuti berbagai macam kepercayaan dan mengutamakan pada “penghayatan” dan pengalaman hidup sendiri. Ia, yang juga dikenal dengan nama Gadadhar Chatterji, tidak dapat membaca dan menulis, bukan sarjana, tetapi memiliki keahlian tertentu terutama dalam bidang filsafat dan agama Hindu. Ia cukup bicara dan mengemukakan pendapat-pendapatnya yang kemudian dicatat dan diterbitkan oleh para pengikutnya. Akan tetapi, sekalipun ia adalah tokoh dalam gerakan ini, namun ia bukan pemberi bentuk gerakan tersebut karena pemberi bentuk dan perumus idenya adalah murid dan penggantinya, yaitu Svami Vivekananda.
a. Ajaran Ramakrisna Mision
Memahami pikiran Ramakrisna merupakan suatu usaha yang cukup sulit karena dapat keliru dalam menanggapi arah yang sebenarnya. Pemikirannya lebih bersifat intuitif daripada intelektual, sehingga kalau hanya menekankan pada segi intelektualnya saja, maka ibarat orang pergi ke kebun buah-buahan bukan untuk memakan buahnya tetapi hanya untuk berspekulasi menghitung-hitung cabang masing-masing pohon dan daun pada setiap cabang tersebut. Ia lahir dari suatu keluarga Brahmana di daerah Bengala, kemudian pergi ke Kalkutta dan hidup sebagai pendeta. Pada tahun 1855 ia ditunjuk untuk membawahi biara disebelah utara kotanya, kemudian menjadi seorang pemuja Kali. Agaknya ia juga seorang penganut ajaran Tantra dan mempraktekkan ajarn Bhakti yang mendekati Tuhan sebagai “orang tua”, “pengusaha”, “teman”, “anak”, juga sebagai “kekasih tercinta”. Dia mengabdi kepada Rama dengan mengambil sikap sebagai Hanuman. Ia juga mengutamakan advaita dan dalam waktu singkat mampu mencapai nirvikalpa-samadhi, suatu penghayatan advaita yang tinggi. Ajaran lain yang sangat mempengaruhi dirinya antara lain adalah ajaran Islam walaupun ia mempraktekkan ajaran ini tidak secara menyeluruh.Penghayatannya dan pengalaman-pengalaman keagamaannya memperteguh keyakinannya bahwa pada hakikatnya agama itu adalah satu dan tidak memiliki perbedaan yang hakiki. Baginya, agama dan kepercayaan yang bermacam-macam itu adalah ibarat sungai-sungai yang akhirnya mengalir ke samudera yang sama. Ramakrisna mengunakan kiasan-kiasan dan perumpamaan-perumpamaan dalam mengemukakan pendapat-pendapatnya dan tidak mempergunakan terminologi filosofis yang bersifat teknis. Dia tidak melihat perbedaan antara Brahman yang personal dan yang impersonal. Kalupun toh ada, menurut dia hanyalah seperti perbedaan antara permata dengan kilau sinarnya saja. Semua agam bertujuan sama, dan hanya jalannya saja yang berbeda-beda ; dan ibaratkan kue manis, maka rasa manis tersebut akan terasa di seluruh bagian kue tersebut, maka rasa manis tersebut akan terasa di bagian kue tersebut, baik di tengah-tengahnya, dipinggirnya, maupun di atas dan di bagian bawahnya. Pemikirannya ini dikembangkan oleh murid-muridnya.
Svami Vivekananda, atau disebut pula Narendranath Datta, kemudian memproklamirkan ajaran Ramakrisna ini ke seluruh dunia. Ia juga menyusun suatu gerakan yang terutama ditujukan dalam segi sosial sehingga mampu mengisi dan berbuat banyak. Misi Ramakrisna kemudian banyak berfungsi dan berperan dalam masyarakat. Vivekananda banyak menyerap pendidikan Barat, terutama pandngan-pandangan dari John Stuart Mill, David Hume dan Herbert Spencer, sehingga ia sering merasakan krisis yang akut dalam setiap diskusi dengan Ramakrisna terutama dalam setiap persoalan skeptisisme. Pengaruh besar Ramakrisna dan krisisnya sendiri, ditambah dengan kemiskinan, kemelaratan serta kematian ayahnya, membawanya untuk harus menyelesaikan sendiri persoalan tersebut.
Setelah gurunya meninggal dunia, Vivekananda mengumpulkan murid-muridnya dalam suatu persaudaraan di Benares. Dengan menempuh hidup sebagai seorang sanyasin, ia mengembara ke segenap pelosok India. Dalam kesempatan menghadiri Parlemen Agama-agama Dunia di Chicago ia sempat menggugah pers Amerika dan India. Sekembalinya ke India, pada tahun 1897, ia diterima dengan baik di Ceylon dan kemudian menelusuri pantai timur India. Tahun itu pula ia mengorganisir “Ramakrisna Mision”. Gerakan ini banyak memberikan arti dalam kehidupan orang-orang India. Pusatnya terdapat di Belur, sebelah utara Kalkutta, dan mempunyai beberapa cabang di kota-kota lainnya. Publikasi gerakan ini adalah tentang agama dan kebudayaan India.Svami Vivekananda adalah seorang tokoh terbesar yang sangat berpengaruh dalam “mendinamiskan agama Hindu”. Ia menafsirkan ajaran advaita dengan tafsiran yang membawa kebangkitan agama Hindu dengan menekankan pada nasionalisme dan usaha-usaha kemasyarakatan.
Dia mengatakan bahwa India memerlukan otot dari baja, yang hanya dapat tercapai kalau cita-cita advaita, cita kesatuan, dapat dimengerti dan terwujud. Mengenai Brahman, Vivekananda memberikan pengertian yang kemudian merupakan suatu permulaan bagi suatu agama baru. Interpretasinya sangat berpengaruh di kalangan bangsa India. Tafsiran advaitanya itu selanjutnya mengatakan bahwa Tuhan dan tanah air India adalah satu; membebaskan tanah air adalah juga membebaskan Tuhan.
Konsep maya, menurut dia, bukannya memberikan pengertian ilusi semata, tetapi melalui maya justru dapat dimengerti “realitas” yang sesungguhnya sehingga menjadi jelas bahwa advaita bukan bersifat pasif tetapi sebaliknya, bersifat aktif. Brahma itu sendiri adalah nyata. Dengan demikian dapat dinilai bahwa gerakan ini sebenarnya bukan merupakan gerakan keagamaan saja, tetapi juga merupakan gerakan kebangsaan India.
Kata semboyan bagi semua makhluk,terutama dalam kasus peradaban manusia, bukanlah aku melainkan engkau.menurutnya, apakah ajaran ini dapat dipraktikkan kedalam masyarakat modern? Kebenaran tidak member hormat kepada masyarakat manapun, apakah modern atau masyarakat tua.tapi masyarakatlah yang harus menyatakan hormat kepada kebenaran,tapi kebenaran tidak perlu menyesuaikan diri pada masyarakat.
3. Penutup
Dalam perkembangan selanjutnya, selain pusat-pusat keagamaan di kraton, juga terdapat pusat-pusat keagamaan Hindu yang disebut Paguron atau mandala atau kasturi. Ditempat-tempat ini para pendeta memberikan pelajaran. Kitab-kitab yang ada pada waktu itu adalah kitab Tantu Panggelaran, juga kitab Nawaruci yang juga disebut dengan kitab Tattwajnana. Kitab terakhir ini penting karean mistik yang terdapat di dalamnya sampai sekarang masih berlaku di kalangan tertentu. Dasar fikiran dan mistik itu sendiri juga terdapat dalam kitab-kitab Suluk yang sudah mendapat pengaruh dari Islam.
Agama Hindu mempersonifikasikan kekuatan-kekuatan Sang Hyang Widi dalam bentuk beberapa dewa yang banyak jumlahnya, akan tetapi mempunyai fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan kepentingan makhluk hidup ini. Sebagai Bhatara Brahma, ia memberikan pegangan dan tuntunan bagaimana manusia harus bertindak. Dalam hal ini Brahma bertindak sebagai Sang Hyang Saraswati yang memberikan ilham kepada para maharesi (salah literature menyebut seperti Nabidalam Islam). Ia adalah sumber ilham, sumber gerak dan sumber ciptaan manusia.
Gerakan-gerakan yang ada didalam Agama Hindu diantaranya adalah Brahma Samay dan Ramakrisna Mision merupakan suatu gerakan pembaharu didalam umat Hindu, yang mana kedua gerakan tersebut tetap bersumber dari weda, meskipun di tiap-tiap gerakan memiliki pemikiran atau pusat perhatiannya masing-masing.

        
          Daftar Pustaka :

• Ali.Mukti, Agama-agama Dunia, Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga Press, 1998
• Ardhana.Suparta, Sejarah Perkembangan Agama Hindu, PT. Paramita, 2002
• Hadiwijono.Harun, Agama Hindu dan Budha, PT. BPK Gunung Mulia, 2003
• Pendit S. Nyoman, Percik Pemikiran Svami Vivekananda, PT. Penebar Swadaya, 1993

Sejarah Agama Hindu

                                                                     Sejarah Agama Hindu

Lahirnya agama Hindu
Agama Hindu sebagaimana disampaikan dalam kuliah tamu sejarah agama Hindu merupakan agama yang paling tua di dunia yang telah lahir jauh sebelum Moses, Buddha, dan Kristus. Hanya saja perlu dicatat bahwa sampai saat ini tahun lahirnya agama Hindu tersebut masih controversial dan belum diketahui secara pasti kapan kapan agama tersebut pertama kali Lahir, yang jelas sesuatu yang dianggap sebagai tradisi-tradisi Hindu telah lahir berberapa beratus sebelum masehi.
Agama Hindu merupakan agama yang tidak berasal dari seorang pendiri, sebuah kitab, atau satu titik waktu sebagaimana agama lain, tetapi agama Hindu merupakan agama Tuhan yang disampaikan kepada Maha Rsi (para penerima Wahyu), yang pada jaman dahulu para Maha Rsi tersebut menyanyikan wahyu tuhan di hutan, gunung, dan juga ditepian sugai-sungai di India, dan tradisi-tradisinya dihubungkan dengan Bangsa Arya
Meski demikian dalam penulisan sejarah Agama Hindu Dipriodisasikan kedalam beberapa priode, yaitu : Pertama, Perkembangan agama Hindu di India pada Zaman Veda (6500-2000 SM). Kedua Perkembangan Agama Hindu di India Zaman Brahmana (2000-1500 SM). Ketiga, Perekembangan agama Hindu di India pada zaman Upanisad (1500-500 SM). Kemudian periode selanjutnya perkembangan agama Hindu ke berbagai wilayah di luar India.
Kronologi Turunya Wahyu Tuhan dan pembentukan Kitab Suci Agama Hindu
Turunya wahyu yang kemudian menjadi pegangan dan ajaran bagi orang-orang Hindu terjadi melalui beberapa tahap, yaitu : pertama-tama, Brahman (Tuhan, sang Hyang Widhi Wasa) menyampaikan kepada Dewa Brahma, kemudian dari Dewa Brahma Wahyu tersebut disampaikan kepada 7 Maha Rsi yang dikenal dengan sebutan Sapta Maha Rsi yaitu, Maha Rsi Grtsamada, Maha Rsi Wiswamitra, Maha Rsi Atri, Maha Rsi Baravia, Maha Rsi Vasistha, Maha Rsi Kanwa, dan yang terakhir Maha Rsi Vamadewa. Kemudia wahyu yang diterima oleh para Maha Rsi Tersebut dibukukan oleh Maha Rsi Vyasa dan Muridnya dan menjadi kitab suci agama Hindu yang dikenal dengan kitab Weda, yang terbagi kedalam empat bagian yang dikenal dengan sebutan Catur Weda yaitu : Pertama, Kitab Reg Weda yang dibukukan oleh Maha Rsi Puluha, Kedua, Kitab Yajur Weda oleh Maha Rsi Vaisampayana, ketiga, Kitab Sama Weda oleh Maha Rsi Jaimini, dan yang terakhir adalah Kitab Atharva Weda oleh Maha Rsi Sumantu. Kemudian untuk menjaga keaslian ajaran Weda yang tersimpan dalam beberapa kita tersebut dibuatlah pedoman pasti yang dituangkan dalam kitab Manawana Dharmasastra. Dalam pedoman tersebut ajaran agama Hindu dijabarkan dibagi kedalam 5 struktur yaitu, Sruti, Smrti, Sila, Acara dan Atmanastuti.
Ajaran dan Tujuan Agama Hindu
Ajaran pokok keimanan Agama Hindu dibagi kedalam 5 bagian yang disebut dengan Panca Sradha, Yaitu : 1. Percaya adanya Tuhan, 2. Percaya adanya Atamn, 3. Percaya adanya Hukum Karma Phala, 4. Percaya adanya Punarbhawa (Reingkarnasi), dan 5. Percaya adanya Moksa.
Adapun tujuan agama Hindu ialah “Moksartham jagahita ya ca iti dharma” yang artinya “ Agama (Dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani”, dari rumusan itu, tujuan agama Hindu kemudian secara lebih rinci disebutkan dalam 4 tujuan hidup manusia Hindu yang disebu Catur Purusa Artha, yaitu : Dharma (kebenaran yang menuntut umat manusia mencapai kebagiaan dan keselamatan), Artha (Benda materi yang dapat memuaskan kebutuhan hidup manusia), Kama (hawa nafsu, keinginan, dan kesenangan), dan yang terakhir yaitu Moksa (Kebahagiaan yang tertinggi dan abadi).
Selain itu, dalam agama Hindu terdapat sebuah rumusan yang disebut dengan Yadnya, yaitu persembahan suci atau korban suci yang ditujukan kepada tuhan dan para dewa yang didasarkan atas pengabdian dan cinta kasih. Yadnya juga bisa disebut sebagai kebaktian, penghormatan dan pengabdian atas dasar kesadaram dan cinta kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan YME), yang terbagi kedalam 5 kategori yaitu : Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, dan Butha Yadnya.
Daftar Istilah :
Atman : Merupakan percikan kecil dari Brahman yang berada di dalam setiap makhluk
hidup.
Brahman : Sebutan atau Nama yang digunakan oleh Umat Hindu untuk Menyebut Tuhan
Dharma : Kebenaran yang abadi
Maha Rsi : Para Penerima Wahyu
Moksa : Keadaan tenang dan bahagianya jiwa karena tidak lagi terikat oleh berbagai
nafsu dan benda material.
Sruti : sesuatu yang dianggap oleh Maha Rsi berasal dari Tuhan

Senin, 17 Desember 2012

pemikiran mahatma gandhi


Hasil Diskusi PA-A/ 3
Topik 13
Pemikiran Mahatma Gandi dan Sumbanganya Terhadap Agama Hindu.
Pemakalah : Herman Teguh Irawan
Notulen : Mylinda Chairunissa
Moderator : Ahmad Sobiyanto
Diperesentasikan pada kamis, 13 Desember 2012
Dosen : Ibu Siti Nadroh





Prodi Perbandingan Agama
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2012
  1. Penanya (Faur) : Jelaskan secara rinci tentang Mohandas?
Jawab (Herman) : Mohandas adalah nama lengkap dari Mahatma Gandi. Sejarah setelah Mahatma gandi menikah dengan istrinya dan kemudian dia berpisah dengan istrinya. Setelah dia berpisah Mohandas pindah ke London untuk mengadakan pelatihan menjdai seorang pengacara.

  1. Penanya (Faur) : Gandi adalah seorang jainisme tapi dalm makalah dijelaskan Agama Hindu? Jadi apa yang sebenarnya dianut Gandi?
Jawab (Herman) : Agama Mahatma Gandi sebenarnya adalah Hindu tetapi dalam pemikirannya Gandi cara berfikirnya seperti ajaran Jainisme yaitu vegetarian tidak memakan daging dan tidak mau nenyakiti seorangpun. 
Tambahan Syafik : pengaruh gandi terhadap Hindu tidak menonjol, lebih menonjol terhadap pembebasan orang-orang India terhadap perbedaan kasta antra kulit putih dengan kulit Hitam.  Gandi mempunyai adanya interaksi antar ajaran Agama yang lain tanpa meninggalkan ajaran Agamanya yaitu Hindu. Pengaruh pemikiran Gandi adalah karena adanya interaksi antar umat beragama lain, seperti sosial, polotik dan agama.

  1. Penanya (Erik) : Memihak kemanakah Mahatma Gandi?
Jawab (Herman) : Gandi memisahkan dua negara yaitu India (Hindu) dan Pakistan (Islam). Gandi ingin memerdekakan negaranya dengan cara atau upayanya sendiri agar terlepas dari penjajahan Inggris, dia percaya bahwa semua hidup rukun, damai tanpa kekerasan. Harapan gandi yaitu bagaimana umat Hindu dan Islam bersatu. Mahatma gandi memihak kepada perdamayan dan dia tidak memihak kepada Hindu ataupun Islam.

  1. Penanya (Sapril) : Apa peran penting Mahatma Gandi dalam Perang dunia 1?
Jawab (Herma) : Raja Muda mengundang Gandi untuk mendukung dan membantunya dalam kemerdekaan dan membebaskan India, Gandi membantunya dalam merekrut pasukan perang atau pejuang dan menuliskan sutu catatan.

  1. Penanya (Hisqil) : Apa Kaitannya jiwa individu dan jiwa yang universal seperti apa menurut Mahatma Gandi?
Jawab (Herman) : Menurut Gandi jiwa individu dengan jiwa universal akan menjadi satu. Ketika kita mencapai titik kesadaran yang tinggi maka maka akan mencapai kelepasan.
Tambahan (Syafik) : Gandi ingin orang India mencapai kelepasan (moksa) dan konteks jiwa individu dengan jiwa universal akan menjadi satu kemudian akan mencapai kelepasan. Kebenaran adalah harus bersifat nampak, kebenaran bersatu dengan Tuhan tidak hanya fisik dan metafisik.

  1. Penanya (Ulil) : Apa latar belakang Mahatma Gandi dibunuh oleh pemuda yang beragama Hindu?
Jawab (Herman) : Latar belakang kenapa Mahatma Gandi dibunuh karena wilayah kekuasaan orang Hindu telah terpecah antara India (Hindu) dan Pakistan (Islam) orang Hindu menyangka atau memandang bahwa Mahatma Gandi berpihak kepada Islam, padahal Mahatma gandi berpihak pada kebenaran.

  1. Penanya (Helmi) : Siapakah Mahatma Gandi itu??
Jawab (Herman) : Mahatma gandi adalah seorang aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang menyungsung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstari damai. Gandi adalah seorang yang paling penting yang terlibat dalam gerakan kemerdekaan India.
Tambahan (Sobi) : Mahatma Gandi adalah seorang tokoh politik.