SUMBER-SUMBER POKOK
Kitab Agama Tantra, Darsana dan Upanishad
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Syarat
Pada Matakuliah Agama Hindu
Dosen:
Hj.Siti Nadroh, M.Ag
Oleh :
Muhammad Sapril
1111032100009
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
A. PENDAHULUAN
Ajaran
agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci
keagamaan yang disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad,
yang mana di dalamnya memuat nilai-nilai spiritual keagamaan berikut
dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma.
B. KITAB TANTRA
Tantra
adalah cabang dari agama Hindu. Kebanyakan kitab-kitab Tantra masih
dirahasiakan dan arti sebenarnya dan yang sudah diketahui masih
merupakan teka-teki. Kebanyakan orang-orang Hindu, termasuk para sarjana
besar, pada umumnya tidak mendiskusikan Tantra.
Kata Sansekerta dari
Tantra artinya "memperluas" (to expand). Berbeda dengan agama Hindu
pada umumnya, sebagian dari Tantra percaya kepada kenikmatan hidup
material. Tidak seorangpun mengetahui secara tepat kapan Tantra mulai
atau Mahareshi mana yang memulainya. Bukti menunjukkan bahwa Tantrisme
ada selama zaman Weda. Bahkan Sankara menyebut keberadaannya dalam
bukunya Saundarya Lahari. Ada sekitar seratus delapan buku mengenai
Tantra. Tantrisme dan Saktiisme hampir satu dan sama. Dalam Tantrisme,
Istadewa yang dipuja adalah Siwa-Sakti, kombinasi dari Siwa dan saktinya
Parwati.
Mengenai naskah Tantra ada anggapan bahwa naskah atau
kitab tersebut diberikan oleh dewa Siwa kepada ummat Hindu untuk zaman
Kali-yuga, sekarang ini (satu Kalpa terbagi menjadi 1000 mahayuga dan
setiap mahayuga terdiri dari empat yuga, Krta-Yuga, Trata-Yuga,
Dvapara-Yuga, dan Kali-Yuga.) penyusunannya dilakukan oleh para Resi.
Kitab ini penuh dengan ajaran-ajaran rahasia dan silit dipahami
maksudnya. Pada garis besarnya, isi kitab Tantra merupakan dialog antara
Siwa dengan sakti istrinya Parwati yang menempati kedudukan terpenting
sebagai inti kekuatan dewa.
Bagian terbaik dari Tantra adalah
pengetahuannya mengenai energi Kundalini yang luas yang belum
dimanfaatkan di dalam tubuh manusia. Tantra juga melakukan penelitian
mengenai ilmu kimia, astrologi, astronomi, palmistry (ilmu meramal
melalui rajah tangan), cosmologi (ilmu tentang alam semesta, awal,
perkembangan, dan akhirnya) dan bahkan teori atom. Mantra-mantra adalah
hadiah dari Tantra kepada agama Hindu dan dunia. Yantra, sket-sket dan
bentuk-bentuk geometral yang dihubungkan dengan Mantra, juga merupakan
hadiah yang sama pentingnya dari Tantra kepada kemanusiaan.
1. Menurut Ttantra Saraf Yang Paling Penting
Menurut Tantra adalah tiga urat saraf yang peling penting, yaitu
Sushumna, Ida dan Pinggala, mulai dari Muladhara Chakra, di dasar tulang
belakang. Sushumna adalah yang paling penting dari semua saraf, atau
Nadi, dan ia tidak kelihatan dan sangat halus. Ia bergerak melalui
jaringan pusat dari tulang belakang dan bergerak jauh sampai titik
paling atas dari kepala. Ida dan Pinggala bergerak paralel dengan
Sushumna di sebelah kiri dan kanan dari saraf tulang belakang. Ida dan
Pinggala bertemu dengan Sushumna di Ajna Chakra, titik yang terletak
antara alis mata. Mereka berpisah lagi dan mengalir melalui sisi kiri
dan kanan hidung.
2. Chakra
Sepanjang Sushumna, ada tujuh
pusat-pusat bathin (psychic centers) mulai dari Muladhara Chakra. Mereka
tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mereka dipercaya berbentuk
seperti bunga teratai dengan warna-warna yang berbeda, dan masing-masing
mengendalikan kegiatan dari organ indriya yang berbeda.
a. Muladhara Chakra (pada dasar dari tulang belakang) memiliki empat daun bunga dan mengendalikan bau.
b. Swadishthana Chakra (pada dasar kelamin) memiliki enam daun bunga dan mengendalikan rasa.
c. Manipura Chakra (di seberang pusar) mempunyai sepuluh daun bunga dan mengendalikan pandangan.
d. Anahata Chakra (sejajar dengan hati) mempunyai duabelas daun bunga dan mengendalikan sentuhan.
e. Wisuddha Chakra (pada jakun kerongkongan) memiliki enam belas daun bunga dan mengendalikan pendengara.
f. Ajna Chakra (di antara alis) memiliki dua daun bunga dan mengendalikan pikiran.
g.
Sahasrara Chakra (terletak diatas titik paling atas dari kepala)
mempunyai seribu daun bunga. Disini Yogi telah meperoleh Kesadaran
Kosmis.
3. Kundanili
Menurut Kitab-kitab Tantra, ada kekuatan
hebat yang sangat rahasia di dalam tubuh manusia yang disebut kekuatan
Kundalini atau kekuatan ular. Ia berbaring seperti seekor ular dalam
gulungan atau bentuk yang tidak aktif pada dasar dari tulang belakang di
Muladhara Chakra. (Tiga dari saraf yang paling penting dari tubuh
manusia, Sushumna, Ida dan Pinggala, juga berawal dari titik yang sama).
Menurut Tantra, karena kekuatan yang hebat ini tetap tidur (dormant)
selama kehidupan seseorang, kebanyakan orang tidak menyadari
keberadaannya. Dipercayai bahwa ketika seorang manusia mengembangkan
spiritualitas dengan meditasi atau latihan Pranayama, kekuatan ini
bangkit ke atas perlahan-lahan melalui saraf Sushumna. Bergeraknya ke
atas secara perlahan dari kekuatan Kundalini ini dikenal sebagai
kebangkitan dari Kundalini.
Kekuatan ini begerak ke atas secara
perlahan-lahan dan mantap dan tidak melesat ke atas dalam satu garis
lurus. Ketika melewati setiap pusat batin (psychic center), orang itu
akan memiliki kendali penuh atas organ-organ indriyanya. Misalnya, bila
ia mencapai Manipura Chakra di seberang pusar, orang itu akan mempunyai
kendali penuh atas atas pandangan. Tidak ada Samadhi (persatuan dengan
Tuhan) yang dapat dilakukan tanpa kebangkitan kekuatan ini. Dikatakan
bahwa kekuatan Kundalini melewati keenam Chakra dan akhirnya bersatu
dengan Sahasrara di atas (tiara, crown) dari kepala. Ketika ini terjadi
orang tersebut telah mencapai kesadaran kosmis, bentuk tertinggi dari
pengejawantahan (Tuhan).
Orang-orang Hindu jarang membicarakan
tentang Tantra. Karena sifat erotik dari beberapa bagian kitab-kitab
Tantra. Sayangnya, Tantra juga membahas masalah-masalah magi hitam
(black magic) dan latihan-latihan yoga-seks antara pengikut wanita dan
pria. Menurut Tantrisme, tindakan demikian itu akan membantu para
penganut untuk menjelajahi indriya mereka dari pada ditundukkaan oleh
mereka, dan untuk secara nyata mempergunakan energi seksual mereka untuk
peningkatan spiritual. Penganut wanita yang ambil bagian dalam
latihan-latihan erotik ini dianggap seorang Sakti. Terpisah dari apa
yang kukatakan di atas, dalam banyak praktek Tantrik para penganutnya
mengikut "Lima M." Yaitu Madya (anggur), Mamsa (daging), Matsya (ikan),
Mudra (nasi keras) dan Maithuna (persatuan seksual). Selama pelaksanaan
upacara tertentu, para penganut Tantra bahkan mengunakan obat-obatan dan
kimia.
Salah satu dari praktek Tantrik dikenal dengan nama Chakra
Pooja, atau "pemujaan melingkar" (circle worship). Dalam upacara ini
sejumlah pasangan laki-laki dan wanita bertemu di tengah malam di tempat
yang dipilih, misalnya sebuah kuburan dan melakukan "hubungan seks
suci" (holy intercouse). Persatuan seks ini sangat rumit dan terperinci,
mulai dengan tindakan-tindakan "pemujaan badan." Banyak dari ukiran dan
lukisan erotik di India mengambarkan kegiatan-kegiatan Chakra Pooja
ini. Sekalipun kebanyakan agama, termasuk agama Hindu (menurut Hukum
Manu), melarang hubungan seks selama menstruasi, Tantra malah
mendorongnya dengan keyakinan bahwa selama periode ini energi seorang
wanita ada pada puncaknya. Ada Mudra atau gerak tangan yang khas
Tantrisme, kebanyakan melambangkan kegiatan seksual. Bahkan lambang AUM
tampak dalam banyak Tantra sebagai sebuah simbol mistik yang menekankan
persatuan pria dan wanita. Tantrisme memiliki padanannya dalam Jainisme
dan juga Buddhisme, yang memiliki empat aliran Tantra.
Keberadaan
dari Tantra di India adalah contoh lain dari toleransi Hindu. Di dalam
agama lain, proses berpikir seperti dalam Tantrisme sudah ditindas
dengan kekerasan.
C. KITAB DARSANA
Menurut ummat Hindu,
beribu-ributahun lamanya para Resi dan Muni melakukan meditasi sehingga
mampu memperoleh inspirasi dan mampu menginterpretasikan atau
menafsirkan ajaran-ajaran Hindu secara terinci. Tafsiran tersebut nampak
pada kalangan ummat Hindu sebagai aliram-aliran atau mashab filsfat
yang disebut dengan Darsana.
1. Hubungan Veda dengan Darsana
Veda
merupakan sabda Brahman, wahyu Tuhan yang menjadi sumber ajaran dan
peganggan hidup agama Hindu, sedangkan Darsana pandangan para Maharsi
tentang kebenaran dan kemutlakan ajaran Veda dan alam semesta. Darsana
Astika menjadikan Veda sebagai sumber kajian. Yang mana tujuan dari
Darsana adalah untuk memperkuat pemahaman terhadap ajaran suci yang
terkandung dalam Veda. Dengan mendalami Darsana, akan memberikan
pencerahan (kejernihan) dalam mendalami dan mengamalkan ajaran Veda.
2. Pokok-Pokok Ajaran Sad Darsana
a. Mimasa
Ajaran
ini dibangun oleh Maharsi Jaimini, memberikan dasar rasional bagi
pokok-pokok permasalahan di dalam Kitab Veda. Aliran itu meninjau aspek
praktis dari satu persatunya dengan memperpegangi pengertian-pengertian
sepanjang harfiah (literal-meanings). Kitab Veda itu dinyatakan bukan
disusun langsung olehmanusia akan tetapi wahyu langsung dari pihak
Brahma. Aliran itu berpendirian bahwa alam semesta (iniverse) itu
bersifat abadi (eternal), bukan berakhiran suatu kemusnahan dan lalu
penciptaannya kembali.
b. Yoga
Ajaran Yoga dibangun oleh Maharsi
Patanjali, dan merupakan ajaran yang sangat populer di kalangan umat
Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran
Veda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu
bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal
(Paramatman/Mahapurusa). Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai
Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran.
Kitab Yogasutra,
yang terbagi atas empat bagian dan secara keseluruhan mengandung 194
sutra. Bagian pertama disebut: Samadhipada, sedangkan bagian kedua
disebut: Sadhanapada, bagian ketiga disebut: Vibhutipada, dan yang
terakhir disebut: Kailvalyapada.
c. Nyaya
Ajaran Nyaya didirikan
oleh Maharsi Aksapada Gotama, yang menyusun Nyayasutra, terdiri atas 5
adhyaya (bab) yang dibagi atas 5 pada (bagian). Kata Nyaya berarti
penelitian analitis dan kritis. Ajaran ini berdasarka pada ilmu logika,
sistematis, kronologis dan analitis.
d. Vaisiseka
Ajaran Vaisiseka
dipelopori oleh Maharsi Kanada, yang menyusun Vaisisekasutra. Meskipun
sebagai sistem filsafat pada awalnya berdiri sendiri, namun dalam
perkembangannya ajaran ini menjadi satu dengan Nyaya.
e. Aliran Samkhya
Ajaran
ini dibangun oleh Maharsi Kāpila, beliau yang menulis Saṁkhyasūtra. Di
dalam sastra Bhagavatapurāna disebutkan nama Maharsi Kāpila, putra
Devahuti sebagai pembangun ajaran Saṁkhya yang bersifat theistic. Karya
sastra mengenai Saṁkhya yang kini dapat diwarisi adalah Saṁkhyakarika
yang di tulis oleh Īśvarakṛṣṇa. Ajaran Saṁkhya ini sudah sangat tua
umurnya, dibuktikan dengan termuatanya ajaran Saṁkhya dalam
sastra-sastra Śruti, Smrti, Itihasa dan Purana.
Kata Saṁkhya berarti:
pemantulan, yaitu pemantulan filsafati. Ajaran Saṁkhya bersifat
realistis karena didalamnya mengakui realitas dunia ini yang bebas dari
roh. Disebut dualistis karena terdapat dua realitas yang saling
bertentangan tetapi bisa berpadu, yaitu purusa dan prakrti.
f. Aliran Vedanta
Ajaran
Vedanta, sering juga disebut dengan Uttara Mimamsa yaitu penyelidikan
yang kedua, karena ajaran ini mengkaji bagian Weda, yaitu Upanisad. Kata
Vedanta berakar kata dari Vedasya dan Antah yang berarti Akhir dari
Weda. Sumber ajaran ini adalah kitab Vedantasutra atau dikenal juga
dengan nama Brahmasutra. Pelopor ajaran ini adalah Maharsi Vyasa, atau
dikenal juga dengan nama Badarayana atau Krishna Dwipayana.
D. KITAB UPANISHAD
Arti yang asli dari kata Upanishad itu ialah ”duduk berdekatan dengan kidmad”, dan juga mempunyai arti “ajaran teramat rahasia.
Istila
Upanishad sendiri berasal dari kata upa, ni dan shad: upani = dekat,
di dekatnya; dan shad = duduk. Jadi, Upanishad berarti “duduk dekat”,
yaitu duduk di dekat seorang guru untuk menerima ajaran dan pengetahuan
yang lebih tinggi. Istila ini selanjutnya menjadi nama agama. Kitab
Upanishad berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau antara
seorang Brahmana dengan Brahmana lainnya. Kitab Upanishad adalah salah
satu bagian saja dari kitab-kitab Aranyaka yang isinya menekankan pada
ajaran rahasia yang bersifat mistik dan megis.
Agama upanishad
menentang ajaran-ajaran agama Brahmana, terutama mengenai ajaran korban.
Agama ini didasarkan pada kitab-kitab Upanishad, yng merupakan kitab
Weda yang paling muda usianya. Jumlahnya sangat banyak, dan ada yang
merupakan tambahan bagi kitab-kitab Aranyaka. Isinya merupakan pemikiran
falsafiyang berkisar seputar arti dan tujuan hidup dan masalah yang
berkaitan dengan hakekat manusia dan alam semesta. Dari sini muncul
beberapa konsep ajaran pokuk agama Hindu, seperti konsep Brahman dan
Atman.
Masalah asal-usul dan tujuan manusia serta alam semasta digali
secara mendalam dan mendasar dalam Upanishad. Isinya banyak yang tidak
lagi bersumber pada para Brahmana, bahkan kitab itu menjadi penentang
utama terhadap kekuasaan mutlak para Pendeta. Dibeberapa tempat
Upanishad mengecam keras dan mengutuk arti dan nilai korban serta
ritus-ritus yang diselengerahkan oleh para Brahmana.
Kitab-kitab
Upanishad merupakan teks-teks India yang sangat terkenal. Kitab ini
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berdasarkan versi Persia
(1801-1802), juga dalam bahasa Eropa lainnya, dan dianngap besar
pengaruhnya di kalangan ahli fikir Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar