Responding
Papers
Topik
VIII
(Sad
Darsana) Yoga
Pemakalah
: Faur Rasyid
Diperesentasikan
pada kamis, 8 November 2012
Dosen
: Ibu Siti Nadroh
Prodi
Perbandingan Agama
Fakultas
Ushuluddin
Universitas
Islam Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta
2012
1.
Pendahuluan
Ilmu Filsafat adalah sebuah ilmu
yang mempelajari bagaimana caranya mengungkapkan nilai-nilai kebenaran hakiki
yang dijadikan landasan untuk hidup yang dicita-citakan. Demikian halnya ilmu
filsafat yang ada di dalam ajaran Hindu yang juga disebut dengan Darsana,
semuanya berusaha untuk mengungkapkan tentang nilai-nilai kebenaran dengan
bersumber pada kitab suci Veda.
Sistem filsafat india terdiri dari dua golongan, yaitu:
golongan astika (ortodoks) dan dolongan nastika (heterodoks). Yang termasuk
golongan astika ialah golongan yang mengakui kedaulatan weda, sedangkan
golongan nastika ialah golongan yang tidak mengakui kedaulatan weda. Adapun
yang termasuk golongan astika diantaranya yaitu: nyaya, waisesika, sankhya,
yoga, purwa mimamsa, dan uttara mimamsa atau wedanta. Golongan yang termasuk
dalam Nastika yaitu: Carvakas, Buddhis, Jaina. Disini penulis akan membahas
salah satu dari sad darsana, yaitu Yoga
2.
Pembahasan
A.
Pengertian,
Tokoh, Penjelasan isi Yoga sutra
Pengertian
Yoga berakar
dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya roh individu
(atman/purusa) dengan roh universal (paramatman /Mahapurusa).[1] Dalam sumber lain disebutkan bahwa yoga
berarti hubungan, yaitu hubungan antara roh yang berpribadi dengan roh yang
universal yang tidak berpribadi. Tetapi penghimpunnya mengartikan Yoga sebagai
Cittawrtti nirodha yaitu penghentian geraknya pikiran.[2]
Yoga merupakan pengendalian aktivitas pikiran dan penyatuan roh pribadi (atma)
dengan roh tertinggi (paramatman), serta melalui diskriminasi yang benar antara
purusa dan prakrti. Yoga sebagai suatu cara untuk mengontrol pikiran, agar
kesadaran yang biasa berubah menjadi kesadaran luar biasa, sebagai bukti bahwa
orang telah mendapatkan pengamatan mistis.[3]
Secara metafisika Yoga
Darsana sangat dekat dengan Samkhya Darsana. Ini dikarenakan, Yoga
Darsana menerima 25 prinsip (tattwa) yang diajarkan dalam Samkhya.
Ke-25 prinsip itu adalah: purusa, prakrti, mahat/buddhi, ahamkara, manas, 5
jnanendriya, 5 karmendriya, 5 tanmatra, dan 5 mahabutha. Hanya saja
mahat/buddhi, ahamkara dan manas dalam yoga digabung diganti dengan istilah
citta.
Citta yang terdiri dari
mahat/buddhi, ahamkara dan manas disebut sebagai antahkarana (alat batin). Yoga
Darsana lebih praktis daripada sistem filsafat Samkhya. Yoga dipandang sebagai
penerapan atau praktek dari filsafat Samkhya. Berbeda dengan Samknya yang lebih
banyak berteori, Yoga lebih mengedepankan praktek-praktek melalui Astangga
Yoga. (Astangga Yoga akan dibahas berikutnya).[4]
Tokoh
Pendiri sistem
ajaran Yoga ialah Rsi Patanjali. Beliaulah pendiri sistem ajaran Yoga, walaupun
unsur-unsur ajarannya sudah ada sebelum karyavtulis ini. Kemudian menyusullah
buku-buku komentar atas ajaran beliau seperti Byasa-bhasya tulisan Byasa Nitti
tulisan Bhojaraja dan lain-lain.[5]
Penjelasan Isi
Yoga Sutra
Karya pertama
dari ajaran ini ialah Yoga sutra, tulisan dari Rsi Patanjali.[6]
Seluruh kitab Yoga sutra karya Rsi Patanjali itu di bagi atas empat
bagian dengan 194 sutra. [7]
Bagian-bagian Yoga yaitu:[8]
1. Samadhi-pada, tentang sifat, tujuan dan bentuk ajaran yoga yang menjelaskan
adanya perubahan-perubahan pikiran dalam melakukan yoga.
2. Sadhana-pada, tentang tahapan-tahapan pelaksanan yoga, cara mencapai
samadhi dan pahala yang akan didapat oleh mereka yang telah mencapai samadhi.
3. Wibhuti-pada, tentang hal-hal yang bersifat bathiniah, kekuatan bathin yang
didapat oleh mereka yang melaksanakan yoga.
4. Kaiwalya-pada, tentang alam kelepasan dan keadaan jiwa yang telah dapat
mengatasi keterikatan pada keduniawian
Tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan yoga adalah pencapaian
moksa melalui kesadaran yang disebut sebagai "wiwekajnana" yaitu pengetahuan
tentang apa yang salah dan apa yang benar menurut ajaran Hindu. Sebagaimana
telah diuraikan dalam Jnana Marga, maka dapatlah dikatakan bahwa Jnana Marga
adalah dasar fundamental bagi Yoga Marga, karena untuk mencapai kesadaran
Wiwekajnana para siswa haruslah mempelajari Weda, Upanisad, Smrti, Itihasa dan
Purana. Hal ini ditegaskan oleh Maharsi Patanjali bahwa kelepasan dari ikatan
duniawi dapat dicapai melalui pengetahuan langsung terhadap perbedan atman/jiwa
dengan hal-hal yang bersifat jasmani seperti badan, pikiran dan sifat ke-akuan
kemudian mewujudkannya melalui pengendalian fungsi indria, pengendalian
pikiran, dan pengendalian "aku".[9]
B.
Etika
Yoga dan Astangga Yoga
Etika Yoga
Dalam filsafat
Yoga maka Yoga berarti penghentian kegoncangan-kegoncangan pikuran. Ada lima
keadaan pikiran itu. Keadaan p[ikiran itu ditentukan oleh intensitas sattwa,
rajas, dan tamas.[10]
Kelima keadaan pikiran itu ialah:
1.
Ksipta,
tidak diam-diam
Dalam
keadaan ini pikran ittu di ombang-ambingkan oleh rajas dan tamas dan
ditarik-tarik oleh obyek indriya dan sarana-sarana untuk mencapainya. Pikiran
melompat-lompat dari satu objek ke objek lain tanpa terfokus pada satu objek.
2.
Mudha,
lamban dan malas
Ini
disebabkan oleh pengaruh tamas yang menguasai alam pikiran. Akibatnya orang
yang alam pikirannya demikian cenvderung menjadi bodoh, senang tidur, dan
sebagainya.
3.
Wiksipta,
bingung, kacau
Hal
ini disebabkan oleh pengaruh rajas. Karena pengaruh ini pikiran mampu
mewujudkan semua objek dan mengarahkannya pada kebajikan, pengetahuan, dan
sebagainya. Ini merupakan tahap pemusatan pikiran pada suatu objek, namun
sifatnya sementara sebab akan disusul lagi oleh kekuatan pikiran.
4.
Ekagra,
terpusat
Disini
Citta terhapus dari cemmarnya rajas sehingga sattwa lah yang berkuasa atas
pikiran. Ini merupakan awal pemusatan pikiran pada suatu objek yang
memungkinkan ia mengetahui alamnya yang sejati sebagai persiapan untuk
mengehentikan perubahan-perubahan pikiran.
5.
Niruddha,
terkendali
Dalam
hal ini berhentilah semua kegiatan pikirran, hanya ketenanganlah yang ada.
Ekagra ddan
Nirudha merupakan persiapan dan bantuan untuk mencapai tujuan akhir yaitu
kelepasan.ekagra bila dapat berlangsung terus menerus disebut samprajnata yoga
atau meditasi yang di dalam nya ada perenungan kesadaran akan suatu objek yang
terang. Tingkatan Niruddha juga disebut asaniprajnata yoga, karena semua
perubahan dan kegoncangan pikiran terhenti, tiada satupun diketahui oleh
pikiran lagi. Ddalam keadaan demikian tak ada riak-riak gelombang sekalipun pada
permukaan alam pikiran atau citta itu. Inilah yang dikatakan dengan orang
samadhi yoga.
Dalam empat macam
Samprajna yoga menurut jenis objek renungannya, ke empat jenis itu adalah:
1.
Sawitarka,
bila pikiran itu dipusatkan pada suatu bobjek benda kasar sepertti arcadewa
atau dewi
2.
Sawicara,
bila pikran itu dipusatkan pada siatu objek yang halus yang tidak nyata seperti
tanmatra
3.
Sananda,
bila pikiran itu dipusatkan pada suatu objek yang halus seperyi rasa indriya
4.
Sasmita,
bila pikran ittub dipusatkan pada asmita yaitu anasir rasa aku yang biasanya
roh menyamakan dirinya demi ini.
Dengan
tahap-tahap pemusatan pikiran seperti tersebut diatas maka kia akan mengalami
bermaca-macam alam objek dengan tanpa jasmani fdan meninggalkannya satu persatu
hingga akhirnya citta meninggalkan sama
sekali dan orang menjadsi tingkat asaprajna yoga. Untuk mencapai tingkat ini
orang harus melaksanakan praktek yoga dengan cermat dan patuh dalam waktu yang
lama melalui tahap-tahap yang disebut astangga yoga.[11]
Astangga Yoga
Ajaran Samkhya
juga mengatakan bahwa kelepasan itu dapat dicapai melalui pandangan
spiritual pada kebenaran roh se3bagai
suatu daya hidup yang kekal yang berbeda dengan badan dan pikiran.
Pandangan
spiritual seperti tersebut diatas ini hanya dapat dimiliki bila pikiran itu
bersih, tenang, tak digoncangkan oleh apapun juga. Untuk meniongkatkan
kebersihan pikiran itu, yoga mengajarkan adanya delapan jalan yang
bertahap-tahap yang disebut astangga yoga. Astangga yoga itu ialah:
1.
Yama,
pengendalian diri
Terdiri
dari:
·
Ahimsa,
tidak membunuh-bunhu, tidak menyakiti makhluk hidup
·
Satya,
jujur dalam berkata dan berpikir
·
Asetya,
tidak mencuri
·
Brahmacarya,
mengendalikan nafsu jasmani dan nafsu asmara
·
Aparigraha,
tidak menerima pemberian yang tidak penting dari orangb lain
2.
Niyama,
pengendalian diri lebih lanjut
Terdiri
dari:
·
Sauca,
suci lahir batin
·
Santosa,
puas dengan apa yang datang dengan wajar
·
Tapa,
tahan uji terhadap gangguan-gangguan
·
Swadhyaya,
mempelajari buku-buku agama dengan teratur
·
Iswarapranidhana,
memusatkan pikiran dan bakti kepada Tuhan
3.
Asana,
sikap yang dituntun menjadi sikap duduk yang dituntun menjadi sikap yang kuat
dan menyenangkan. Ada bermacam-macam asana padmasana, wirasa bhadrasana dan
sebagainya. Yoga mengajarkan bermacam-macam asana untuk memelihara kesehatan
dan menyucikan badan dan pikiran. Demikian pula asana-asana ini menyebabkan
orang mampu mengendalikan kerja sistem saraf agar terhindar dari
goncangan-goncangan pikiran.
4.
Pranayama,
pengaturan napas
Terdiri
dari puraka yaitu pemasukan napas, kumbhaka yaitu menahan napas dan recaka
yaitu mengeluarkan napas. Pengaturan napas berguna untuk mengawasi pemusatan
pikiran sebab ia membantu menguatkan badan dan meneguhkan pikiran.
5.
Pratyahara,
menarik indriya dari wilayah sasarannya dan menempatkan dibawah pengawasan
pikiran. Bila indriya dapat diawasi pikiran maka ia tidak akan berkeliaran pada
objeknya namun ia akan mengikuti pikiran.
6.
Dharana,
memegang dan memusatkan pikiran pada sasarn yang diingini. Boleh bagian tubuh
sendiri, dan objek luar, seperti bulan, arca, dan lin-lain.
7.
Dhyana,
pikiran yang tenang pada objek tak tergoyahkan oleh gangguan sekelilingnya.
8.
Samadhi
, merupakan tahap terakhir dalam ajaran Yoga. Disini tak ada gerak pikiran dan
renungan. Yang ada hanyalah objek renungan yang bercahaya dalam pikiran dan
orang sudah tidak menyadari lagi adanya proses pikiran. Tahap ini bukan lagi
tahap dalam pengendalian pikiran.[12]
C.
Tuhan
dalam ajaran Yoga
Yoga mengakui
adanya Tuhan. Adanya Tuhan dipandang bernilai praktis daripadda bersifat teori
dan merupakan tujuan akhir dari ssamadhi yoga. Dengan demikian maka yoga
bersifat tepori da praktek dalam hubungan Tuhan. Menurut ajaran Yoga Tuhan itu
adalah roh yang mengatasi roh perseorangan dan bebas dari segala cacat. Ia
adalah ada sempurna kekal abadi, berada dimana-mana, Maha Kuasa dan Maha tahu.
Tuhan adalah roh abadi tak tersentuh oleh duka cita. Ia adalah penguasa
tertinggi dunia ini. Ia adalah pengetahuan tak terbatas, kekuatan tak terbatas
yang membedakan ia dari pribadi-pribadi yang lain.
Bakti pada
Tuhan tidak hanya merupakan praktekyoga, tapi juga merupakan saran pemusatan
pikiran dan samadhi yoga. Tuhan akan memberikan kurnia yang mulia pada seorang
yang bakti pada Nya berupa kesucian dan ketenangan batin. Tuhan melenyapkan
semua rintangan jalan orang-orang yang bakti pada Nya, sepertyi duka cita dan
menempatkan dalam suasana yang menyenangkan. Namun sementara rahmat Tuhan dapat
bekerja dengan menggunakan pada diri kita, maka kita harus siap menerimanya
denga jalan cinta kasih, murah hati, jujur, suci, dan sabar.[13]
3.
Penutup
Yoga berarti hubungan antara roh yang berpribadi dengan roh yang
universal yang tidak berpribadi. Tokoh nya Rsi Patanjali. Bagian dari Yoga
Sutra: samadhi pada, Kibhuti pada, Sadhana p;ada, Kaiwalya pada. Dalam Yoga ada
lima etika: Ksipta, Mudha, Wiksipta, Ekagra, Niruddha. Dalam Yoga juga mengenal
Astangga Yoga, yaitu tingkatan-tingkatan dalam mencapai kebenaran. Dalam hal
ini ada delapan tingkatan, yaitu: Yama. Niyama, Asana, Pranayama, Pratyahara,
Dharana, Dhyana, dan Samadhi.
Dalam Yoga juga mengenal adanya Tuhan. Menurut ajaran Yoga, Tuhan
itu adalah roh yang mengatasi roh perseorangan dan bebas dari segala cacat. Ia
adalah ada sempurna kekal abadi, berada dimana-mana, Maha Kuasa dan Maha tahu.
Ia adalah penguasa tertinggi dunia ini.
Daftar Pustaka
·
I
Gede Rudia Adiputra, Tattwa Darsana, Jakarta: Dharma Sarathi, 1990.
·
Ida
Bagus Wirahaji, Sda Darsana, diakses pada 12-12-2012, dari http://gustu107.blogspot.com/2012/03/yoga-darsana.html
·
Wikipedia,
Sad Darshana, diakses pada 12-12-2012 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Sad_Darshana
[1] Wikipedia, Sad Darshana, diakses pada 12-12-2012 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sad_Darshana
[2] I Gede Rudia Adiputra, Tattwa Darsana, Jakarta: Dharma Sarathi, 1990,
h. 57
[3] Ida Bagus Wirahaji, Sda Darsana, diakses pada 12-12-2012, dari http://gustu107.blogspot.com/2012/03/yoga-darsana.html
[4] Ida Bagus Wirahaji, Sda Darsana, diakses pada 12-12-2012, dari http://gustu107.blogspot.com/2012/03/yoga-darsana.html
[5] I Gede Rudia Adiputra, Tattwa Darsana, h. 57
[6] I Gede Rudia Adiputra, Tattwa Darsana, h. 57
[7] I Gede Rudia Adiputra, Tattwa Darsana, h. 57
[8] Hindu Batam, Yoga Marga, diakses pada 12-12-2012, dari http://www.hindubatam.com/yoga-marga.html
[9] Hindu Batam, Yoga Marga, diakses pada 12-12-2012, dari http://www.hindubatam.com/yoga-marga.html
[10] I Gede Rudia Adiputra, Tattwa Darsana, h. 60-62
[11] I Gede Rudia Adiputra, Tattwa Darsana, h. 60-62
[12] I Gede Rudia Adiputra, Tattwa Darsana, h. 62-65
[13] I Gede Rudia Adiputra, Tattwa Darsana, h. 65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar